Upah 4 Kali Setahun Rp1,8 juta, Guru Honorer di Bukkere ini Tidak Mengeluh

Upah 4 Kali Setahun Rp1,8 juta, Guru Honorer di Bukkere ini Tidak Mengeluh

SIDRAP, Penarakyat.com — Siapa yang tidak bertahan jika upah honor sangat minim, bahkan hanya dibayar sekali 3 bulan atau setahun hanya 4 kali.

Upah yang diberikannya pun boleh dikata sangat jauh dari layak dibanding tenaganya sebagai guru honorer yang mengabdi setiap hari.

Namun demi cita-cita mulia, hal itupun diabaikannya.

Adalah ibu Erni Maulana. Dia satu-satunya guru pengajar di kolong rumah milik warga yang juga kelas jauh SDN 5 Bilokka, Kecamatan Panca Lautang, Sidrap.

Mencerdaskan anak-anak di dusun paling terpencil di kabupaten Sidrap ini adalah niat yang tulus bagi guru ini.

Gaji yang sangat rendah ia kesampingkan. Erni tidak peduli soal itu. Yang penting baginya, puluhan anak-anak didiknya harus cerdas dan terbebas dari buta aksara.

Begitupun setiap harinya dalam mengajar,
Guru honorer tersebut memiliki banyak cerita suka duka dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa itu.

Selama tujuh tahun mengabdi, yaitu sejak 2011 lalu dikisahkan fasilitas serba kekurangan. Namun, dia tak pernah mengeluh, apalagi meminta mundur dari tenaga pengajar.

Bayangkan, hanya seorang diri harus mengajari murid mulai kelas 1 hingga kelas 6 dengan jumlah murid 18 anak.

Dirinya tidak pernah menyerah demi mencerdaskan anak-anak Indonesia di daerah terpencil itu.

Meski dia hanya diupah honor yakni sekitar Rp300 hingga Rp450 ribu. Itupun dihitung bayar setiap per triwulan, atau jika di kalkulasi Rp450 ribu totalnya hanya Rp1,8 juta setahun.

Akan tetapi pekerjaannya itu ia nikmati santai selama 7 tahun. “Alhamdulillah sudah tujuh tahun berlalu, meski belajar dikolong rumah namun anak-anak tetap semangat belajar, dan sudah ada dua angkatan tamat sekitar 30 orang,” kata Erni Maulana.

Ibu tiga anak itu mengaku selama mengajar sudah sembilan kali pindah kolong rumah. “Yah, kalau dihitung-hitung sudah sembilan kolong rumah kita tempati melaksanakan aktivitas belajar mengajar,” ucapnya.

Dia mengaku, selalu pindah-pindah karena kerap kali pemilik rumah merasa terganggu dengan aktivitas belajar yang kadang-kadang anak ribut dan sebagainya.

Dirinya berharap adanya perhatian pemerintah untuk segera membangunkan ruang kelas belajar mengajar permanen sehingga anak-anak bisa tenang belajar dan mendapatkan pendidikan layak seperti anak lain pada umumnya. (Ady)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *