Dugaan Kerugian Rp5,4 Miliar, Tim Pidsus Kejati Sulsel Usut Raibnya Beras 500 Ton di Pinrang

Dugaan Kerugian Rp5,4 Miliar, Tim Pidsus Kejati Sulsel Usut Raibnya Beras 500 Ton di Pinrang

*Ternyata Beras 500 Ton itu Jatah Pangan Sulsel

MAKASSAR, Penarakyat.com — Kajati Sulsel mengendus adanya dugaan korupsi pada kasus raibnya 500 ton beras dari Gudang Bulog Cabang Pembantu Pinrang.

Hal ini terlihat adanya penyaluran beras tidak sesuai prosedur.

Asisten bidang Pidana Khusus, Yudi Triadi SH, MH melalui Kasi Penyidikan Bidang Pidana Khusus Kejati Sulsel, Hary Surachman didampingi Kasi Penkum Kejati Sulsel Sutarmi,DM, SHMH, mengatakan tim penyidik Kejati Sulsel telah meningkatkan status penyelidikan menjadi penyidikan.

Surat perintah penyidikan telah diterbitkan sejak 25 November lalu. Surat tersebut telah ditanda tangani Kajati Sulsel, Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulsel, Raden Febrytrianto.

Dari hasil penyelidikan pihaknya menemukan adanya serangkaian tindak pidana. Selain itu penyidik Kejati Sulsel juga telah menerbitkan Surat Pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) ke KPK tanggal 5 Desember. Sejak 25 November hingga 7 Desember sudah ada 10 orang lebih yang dimintai keterangan.

“Penyidik masih akan melakukan pemeriksaan banyak saksi lain. Kepala gudang dan staf-stafnya sudah dipanggil,” ujar Hary Surachman, Kamis (8/12/2022).

Ketua tim penyelidikan Hanung Widyatmaka mengungkap bahwa pihak penyidik juga telah menyita beberapa dokumen. Diantaranya dokumen panduan direksi dan standar operasional prosedur (SOP) penyaluran beras.

Selain itu pihaknya juga telah menjadwalkan pemanggilan beberapa saksi lainnya. Termasuk pihak rekanan yang disebut mengeluarkan beras.

“Intinya disini bukan banyak atau sedikitnya saksi yang diperiksa, namun bagaimana pengungkapan perkara korupsi. Hasil perhitungan kerugian sementara diprediksi Rp5,4 miliar,” ucapnya.

Hanung menjelaskan hasil temuan penyidik, pengeluaran beras yang terjadi sebesar 500 ton tersebut tidak melalui prosedur yang benar. Besar tersebut keluar serta merta tanpa ada pencatatan.

Pengeluarkan beras tersebut dilakukan secara bertahap. Semisal dalam satu kali pengangkutan sebesar 10 ton, maka membutuhkan 50 mobil.

“Pihaknya bergerak cepat dalam perkara ini, pasalnya sangat mempengaruhi suasembada pangan. Ini harus segera ditindaki,” bebernya. (Triss)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *