Peduli lingkungan, EEES dan BPP Gilireng Gelar Pelatihan Pembuatan Pupuk Bokhasi

GILIRENG, Penarakyat.com. Saat ini, pupuk ini merupakan komponen dalam bidang pertanian yang sudah tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan pertanian, tanpa pupuk tanaman tidak akan berproduksi dengan baik. Namun penggunaan pupuk yang tidak bijaksana ternyata akan mempengaruhi kesuburan tanah, penggunaan pupuk kimia yang lama akan membuat tanah pertanian lama-kelamaan menjadi keras dan kurang subur, sehingga penggunaan pupuk organik dari bahan-bahan alami untuk mengembalikan kesuburan tanah.

Hal itu terungkap pada pelatihan pembuatan pupuk organic metode Bokhasi yang dilaksanankan oleh BPP Kecamatan Gilireng bekerja sama dengan Energy Equity Epic (Sengkang) Pty.Ltd yang dilaksanakan baru-baru ini di Kantor BPP Kecamatan Gilireng, pelatihan ini dilaksanakan dengan melibatkan pelatih profesioanal dengan mengundang Perwakilan kelompok tani se Kecamatan Gilireng,

“Kita mengundang Perwakilan dari kelompok tani disetiap desa di Kecamatan Gilireng dengan harapan mereka nantinya dapat menularkan keterampilan ini kepada masyarakat di desanya masing-masing” papar kepala BPP Gilireng H. Firman.

Pelatihan ini diawali dengan pemaparan materi dikelas yang dilanjutkan dengan diskusi, dan dilanjutkan dengan kegiatan praktek dilapangan. Pembuatan pupuk organic dengan metode bokashi ini mengunakan bahan yang sangat mudah diperoleh dari alam sekitar kita seperti jerami, dedak, arang sekam dan pupuk kandang yang dicampur secara merata, dengan larutan EM4 yang berfungi sebagai activator, “ kita campur dengan larutan EM4 sampai kandungan air sampai 30 sampai 40%, kita bisa uji dengan mengenggam bahan, bila bahan sudah tidak meneteskan air bila digenggam , tapi bila dilepas akan mekar, maka campuran sudah bagus” tutur Ahmad Fuadhil S.Pt instruktur pada pelatihan tersebut.

Campuran tersebut kemudian dimasukkan kedalam karung atau ditutup dengan terpal, suhu hendaknya dipertahankan sekitar 40-50 derajat, “ Makanya itu kita butuh thermometer untuk mengukur suhunya, bila ketinggian bahan tersebut harus dibolak balik agar suhunya turun, baru kita tutup kembali, karena bila terlalu tinggi bakteri aktivatornya bisa mati ” tambah Fuadhil.

Proses ini berlangsung selama 4-7 hari, dan bila sudah menjadi bahan bokashi maka siap untuk digunakan, dengan tanda tanda warnanya menjadi hitam gembur, tidak panas, dan tidak berbau.

Humas EEES Baso Firman mengatakan “ Kegiatan ini sangat didukung oleh manajemen EEES , sesuai dengan visi CSR dari SKKMigas yaitu Green and Bright, kita berkomitmen untuk mendukung setiap kegiatan yang berwawasan lingkungan”

Peserta kegiatan sangat antusias untuk mengikuti pelatihan ini, “kegiatan ini sangat bermanfaat, saya bahkan sudah memakainya, kalau ada yang butuh bisa kerumah, banyak yang sudah saya buat” tutur Abd Rahman, salah seorang tokoh masyarakat Desa Polewalie yang juga ikut menyaksikan jalannya pelatihan. (Cr2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *