HJW ke 625, Merajut Sutra Merangkai Nusantara ri Tana Wajo

HJW ke 625, Merajut Sutra Merangkai Nusantara ri Tana Wajo

 

WAJO — Pemerintah Kabupaten Wajo menggelar perayaan Hari Jadi Wajo (HJW) ke 625 di Lapangan Merdeka Sengkang, Senin 22 /4/2024.

Perayaan HJW tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya, para peserta menggunakan baju sutra sebagai ciri khas Kabupaten Wajo.

HJW tahun ini mengangkat tema Merajut Sutra Merangkai Nusantara ri Tana Wajo.

Puncak perayaan HJW diawali dengan persembahan tari kolosal yang dibawakan ratusan siswa siswi binaan Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo.

Dilanjutkan dengan pembacaan sejarah HJW oleh Ketua DPRD Wajo, H. Andi Alauddin Palaguna.

Hadir dalam acara ini, Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin, Anggota DPR RI, Hj St. Maryam, Anggota DPRD Provinsi Sulsel Dapil Wajo Soppeng, Desi Susanti Sutomo, Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Pimpinan dan segenap Anggota DPRD Kabupaten Wajo, Unsur Forkopimda Kabupaten Wajo, pimpinan lembaga peradilan, Sekretaris Daerah beserta para Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama lingkup Pemerintah Kabupaten Wajo, pimpinan lembaga pendidikan, pimpinan partai politik, pimpinan organisasi keagamaan, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, insan pers dan LSM.

Pj Bupari Wajo, Andi Bataralifu menyampaikan ucapan selamat datang kepada Pj. Gubernur Sulawesi Selatan, Bahtiar Baharuddin dan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sulawesi Selatan, Marwa Sofa, beserta rombongan. Juga kepada seluruh tamu dan undangan yang berkenan meluangkan waktu untuk hadir dalam merayakan hari yang bersejarah ini.

“Semoga dengan berkumpulnya kita dalam momen yang baik ini, memberi manfaat bagi kita sekalian. Akan tetapi, tentu saja berharap, manfaat terbesar dari acara ini mengalir bagi
masyarakat Kabupaten Wajo, ” ucapnya.

Andi Bataralifu menyebut, peringatan Hari Jadi Wajo yang diaksanakan setiap tahun, merupakan salah satu upaya untuk memperkuat identitas yang nilai-nilainya digali dari sejarah, budaya, dan adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di daerah kita sejak awal mula keberadaanya.

Kearifan dan kebijaksanaan leluhur yang terekam pada berbagai dokumentasi, mengandung pelajaran berharga dalam berbagai bidang kehidupan, yang patut dijadikan sebagai rujukan dalam mengukir sejarah perjalanan hidup saat ini, hingga di masa yang akan datang. Termasuk tentunya, bagi generasi muda.

Kata Bataralifu, tema yang diangkat Dalam HJW ke 625 ini, adalah Merajut Sutra Merangkai Nusantara ri Tana Wajo. Tema ini dielaborasi dari potensi dan keinginan masyarakat Kabupaten Wajo untuk menjadikan sutra sebagai produk unggulan daerah yang berdaya saing tinggi, sehingga dapat menjadi sumber kebanggaan, baik di kawasan regional Sulawesi maupun di tingkat nasional.

“Kita bersyukur, karena sejak dulu, Kabupaten Wajo telah dikenal sebagai daerah penghasil sutra. Warisan budaya yang tak ternilai, yang ditinggalkan oleh pendahulu kita, yang kemudian
menjadi salah satu subsektor dalam menggerakka perekonomian kita. Banyak orang yang datang ke daerah kita ini, untuk mendapatkan produk yang masyhur disebut Sutra
Sengkang, baik untuk keperluan pribadi, maupun sebagai pelengkap dalam berbagai aktivitas sosial dan budaya, ” imbuhnya. .

Peluang ini harus ditangkap sebagai jalan untuk menebar kesejahteraan kepada seluruh masyarakat, terutama pelaku industri ini, dari hulu hingga ke hilir. Dukungan Bapak Gubernur
Sulawesi Selatan dengan menginisiasi program bertajuk “mengembalikan kejayaan sutra”, telah dirancang secara sistematis untuk membangkitkan kembali industri ini. Maka
sebagai masyarakat Kabupaten Wajo, harus menyambut baik dengan melakukan berbagai inovasi dan kreativitas dalam mengelola sutra, seiring dengan perkembangan dan tuntutan
zaman.

Bahkan pemerintah beserta seluruh stakeholder
persuteraan, harus lebih agresif membuka jalan bagi meningkatnya pangsa pasar dengan mencari dan memperluas segmen pasar bagi para pelaku industri ini. Sehingga dengan
demikian, hasil karya masyarakat Kabupaten Wajo ini, dapat bersaing di industri pertekstilan nasional.

“Oleh karena itu, dalam peringatan Hari Jadi Wajo ini, kita mengemas acara bertema sutra, karena kita meyakini bahwa hanya dengan menghormati produk ini dengan cara yang pantas, maka produk ini bisa menempati posisi yang tepat, di tengah gempuran produk tekstil nasional bahkan internasional, yang tidak terhindarkan, ” katanya.

Andi Bataralifu juga mengatakan Motif atau corak sutra yang dikenakan oleh Gubernur dan sejumlah undangan pada hari ini, telah didaftarkan sebagai Kekayaan
Intelektual Komunal (KIK) di Kementerian Hukum dan HAM.

Katanya, pendaftaran KIK ini berlangsung atas partisipasi dari beberapa IKM tenun Kabupaten Wajo yang dikoordinir oleh Asosiasi Silk Solution Center. Di antaranya berasal dari Arni Kurnia, Losari silk, Sumber Sutera, Akil Amin silk, Aminah Akil silk, Adenny silk, Salfa silk, Family silk, dan Sutera Indah.

Semoga dengan pendaftaran motif dalam KIK dapat menjaga kreativitas perajin sutra kita dari pembajakan atau pelanggaran Hak Cipta lainnya oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab.

“Semoga dukungan dari berbagai pihak, terutama dari pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dapat terus menginspirasi, sekaligus menjadi penggerak yang efektif dalam memajukan
industri ini. Dalam kondisi ini, sinergitas program Pemkab Wajo dengan program Provinsi, bahkan Nasional, sangat kita perlukan. Bergerak maju untuk lebih cerdas dan lebih giat dalam membangun daerah demi meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, ” tutupnya.

Sementara itu, Pj Gubernur Sulawesi Selatan, Bahtiar Baharuddin mengatakan, hari ini adalah hari spesial, selain HJW juga dilaksanakan hari Bumi dan Pencanangan Gerakan Peduli Stunting melalui Kampanye Makan Telur setiap hari bagi balita dan ibu hamil.

Bahtiar menyebut Kabupaten Wajo banyak melahirkan cendekiawan dan ulama yang tersebar di seluruh Indonesia dan menjadi teladan.

Menurut Bahtiar, banyak hal yang harus dilakukan untuk mengembalikan kejayaan alam Wajo, 600 tahun yang lalu banyak danau tapi sekarang sudah berkurang.

“Wajo dulu menjadi tempat persinggahan dan banyak dikunjungi orang. Wajo menjadi Jasirah. Dari 514 Kabupaten Kota di Indonesia, Wajo paling banyak Danaunya, mari kita kembalikan ekososistem danau, ” ujarnya.

Bahtiar juga menyebut jika dia dan bupati wajo sudah berkomitmen untuk menjadikan Wajo sebagai Pusat perikanan air tawar.

“Kita akan membangun tempat, pembibitan ikan air tawar. Unagi (Massapi) adalah salah satu ikan yang banyak digemari orang jepang, ” ujarnya. (Humas Pemda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *