SIDRAP, Penarakyat.com — Kepolisian Resor Sidenreng Rappang (Sidrap) kembali menunjukkan kecepatan dan ketegasannya dalam menuntaskan kasus kriminal berat.
Dalam waktu kurang dari 12 jam, aparat berhasil mengungkap dan menangkap pelaku pembunuhan sadis terhadap seorang ibu rumah tangga di kawasan pegunungan terpencil, Desa Lombo, Kecamatan Pitu Riase.
Peristiwa tragis itu terjadi pada Selasa (14/10/2025) sekitar pukul 17.00 Wita. Korban, Jumaisa (45), ditemukan tewas bersimbah darah di kebun nilam miliknya sekitar pukul 18.30 Wita. Tubuhnya tergeletak di semak-semak dengan sejumlah luka tebasan di kepala dan tubuh.
“Kalau tim terlambat lima menit saja, pelaku sudah kabur jauh. Ia sudah siapkan rencana melarikan diri ke Sulawesi Tengah,” ungkap Kapolres Sidrap AKBP Dr. Fantry Taherong, saat konferensi pers di Aula Tahtya Daraka, Rabu (15/10/2025).
Jejak Motor Butut dan Pakkomporo Racun Ungkap Identitas Pelaku
Awalnya, penyelidikan sempat terkendala karena lokasi kejadian berada di daerah pegunungan tanpa jaringan seluler maupun kamera pengawas. Namun tim yang dipimpin langsung Kapolres Fantry tetap bergerak cepat.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) secara manual, polisi menemukan sepeda motor butut dan kompor pompa pestisida (pakkomporo racun) yang tertinggal di lokasi.
Barang-barang tersebut menjadi titik terang pertama karena diketahui milik Rustan (38), warga sekitar yang bertetangga dengan korban.
“Dari motor itu kami temukan sidik jari yang identik dengan tersangka. Ia panik setelah menghabisi korban dan meninggalkan barang-barangnya di lokasi,” jelas Kapolres Fantry.
Pelaku yang sudah berencana kabur ke wilayah Sulawesi Tengah akhirnya berhasil diamankan pada Rabu pagi (15/10/2025) sekitar pukul 08.30 Wita, di sebuah rumah kebun sejauh dua kilometer dari TKP.
Pengejaran Dramatis di Pegunungan
Proses penangkapan berlangsung dramatis. Tim gabungan Satreskrim, Intelkam, dan Polsek Pitu Riase bergerak cepat menyisir jalur perbukitan hingga dini hari. Saat ditemukan, pelaku masih mengenakan pakaian yang digunakan saat melakukan aksinya.
“Pelaku sempat melakukan perlawanan menggunakan parang dan hampir melukai salah satu anggota kami. Kapolsek Pitu Riase IPDA Zakaria Sandiman bahkan nyaris terkena sabetan,” kata Kasat Reskrim AKP Setiawan Sunarto.
Beruntung, reaksi cepat petugas membuat pelaku berhasil dilumpuhkan tanpa korban tambahan di pihak kepolisian.
Dipicu Narkoba dan Emosi Sesaat
Hasil pemeriksaan mengungkap, pelaku dalam kondisi paranoid berat akibat mengonsumsi narkoba jenis sabu sebelum melakukan pembunuhan. Tes urine menunjukkan hasil positif, dan polisi juga menemukan alat hisap di lokasi persembunyiannya.
Motif pembunuhan diduga dipicu oleh persoalan sepele. Pelaku tersinggung karena ditegur korban setelah menginjak penyangga tanaman lombok di kebun. Di bawah pengaruh narkoba, amarahnya meledak dan berujung pada aksi brutal.
“Setelah menghabisi korban dengan parang, pelaku juga sempat menyayat tubuh korban menggunakan cutter yang telah ia siapkan sebelumnya. Itu menunjukkan ada unsur kesengajaan,” ujar Kapolres Fantry.
Atas perbuatannya, pelaku dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati.
Kapolres: Tidak Ada Kejahatan yang Sempurna
Kapolres Fantry menegaskan, keberhasilan pengungkapan cepat ini merupakan hasil kerja sama solid antara aparat dan masyarakat. Ia juga mengapresiasi peran Kepala Desa Lombo, Wahidin, yang aktif membantu koordinasi selama pencarian berlangsung.
“Kerja cepat ini tidak lepas dari dukungan masyarakat. Kami berterima kasih atas sinergi yang luar biasa, terutama dari pemerintah desa dan warga sekitar,” katanya.
Ia menegaskan, Polres Sidrap berkomitmen menjaga rasa aman warga hingga ke pelosok daerah. “Tidak ada tempat aman bagi pelaku kejahatan di wilayah hukum Sidrap. Kami akan kejar sampai ke ujung pegunungan sekalipun,” tegas Fantry.
Hingga kini, penyidik masih mendalami keterkaitan pelaku dengan jaringan narkoba di wilayah tersebut serta memeriksa sejumlah barang bukti tambahan.
Peristiwa tragis di Desa Lombo ini menjadi pengingat keras bagi masyarakat bahwa narkoba dan emosi adalah kombinasi yang mematikan. Satu teguran kecil berubah menjadi tragedi hanya karena hilangnya kendali diri. (Riss)
Tinggalkan Balasan