SIDRAP, Penarakyat.com — Kasus penembakan brutal terhadap mobil Mitsubishi Expander dengan nopol tetap dirahasiakan yang terjadi di Desa Lainungan, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), terus bergulir dan memunculkan fakta-fakta baru.

Teranyar, publik dikejutkan dengan informasi dari netizen di media sosial yang menyebut bahwa mobil tersebut bukan kendaraan sembarangan, melainkan milik keluarga anggota Polri yang masih aktif.

Informasi ini mencuat dari kolom komentar akun Instagram @sidrap_info, setelah unggahan foto mobil penuh lubang peluru viral di media sosial. Salah satu cuitan netizen dengan akun mzinchoii menulis komentar,

“#salfok sama stiker-nya ”
yang dimaksud merujuk pada stiker bertuliskan “#4450 D4R4” di bodi belakang mobil tersebut.

Stiker itu, menurut sejumlah pengguna lainnya, merupakan motto solidaritas alumni Kepolisian se-Nusantara.

Belakangan terkonfirmasi bahwa mobil Expander warna hitam tersebut benar milik keluarga anggota Polri yang berdinas di jajaran Sulawesi Selatan.

Namun mobil itu sudah dipihak-tigakan atau direntalkan kepada PT. Muda Jaya Perkasa, perusahaan jasa rental kendaraan roda empat milik Hasdar, warga Kelurahan Tanru Tedong, Kecamatan Dua Pitue, Sidrap.

Hasdar membenarkan bahwa kendaraan tersebut memang milik rekan sekaligus keluarga anggota Polri, yang dipercayakan kepadanya untuk dioperasikan sebagai mobil sewaan.

“Benar, itu mobil titipan rekan saya yang anggota polisi. Saya hanya merentalkan secara resmi lewat perusahaan saya. Jadi sama sekali tidak ada hubungannya dengan urusan narkoba,” ungkap Hasdar kepada wartawan, Sabtu (18/10/2025).

Sementara itu, pihak Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan kembali memberikan klarifikasi tambahan.

Pelaksana Tugas Kepala Seksi Intelijen, Agung FS, mengatakan bahwa petugas tidak mengetahui siapa pemilik sebenarnya kendaraan pada saat kejadian.

Menurutnya, penindakan dilakukan murni refleks karena situasi lapangan yang berkembang cepat dan dikhawatirkan berisiko.

“Insiden itu terjadi secara spontan. Petugas di lapangan tidak menunggu untuk tahu siapa pemilik mobil tersebut. Tindakan diambil karena kondisi saat itu mendesak dan penuh risiko,” kata Agung saat dikonfirmasi Jumat (17/10/2025) malam.

Agung menegaskan, operasi tersebut tetap berada dalam kerangka SOP penegakan hukum, meski diakui situasi di lapangan berkembang tidak ideal.

“Kami sudah bertindak sesuai aturan operasional. Bukan frontal, tapi memang situasinya spontan. Kami tetap akan evaluasi agar hal seperti ini tidak menimbulkan persepsi negatif,” tambahnya.

Sementara itu, temuan baru bahwa mobil tersebut ternyata milik keluarga anggota Polri menambah panas perdebatan di media sosial.

Sejumlah netizen menilai tindakan aparat terlalu gegabah dan dapat merusak kepercayaan publik.
Salah satu komentar berbunyi:

“Kalau benar mobil itu milik keluarga polisi, berarti korban justru internal sendiri. Ini harus diselidiki serius.”

Komentar lain menyayangkan dampak insiden tersebut terhadap usaha masyarakat kecil.

“Kasihan usaha rental-nya, dirusak begitu tanpa bukti kuat,” tulis seorang pengguna Instagram lainnya.

Fakta bahwa mobil tersebut milik keluarga anggota Polri membuat kasus ini kian sensitif.

Publik menilai penembakan delapan peluru ke arah mobil sipil tanpa kepastian target menunjukkan adanya kegagalan identifikasi dan lemahnya kendali taktis di lapangan.

Insiden ini menjadi ujian bagi integritas lembaga penegak hukum dalam menerapkan SOP yang berkeadilan.

BNNP Sulsel diharapkan melakukan evaluasi menyeluruh dan terbuka, bukan hanya untuk menjawab keresahan publik, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap profesionalisme aparat di lapangan. (Ady)