Pertunjukan Osong/Angaru oleh devile Dinas Perhubungan Kabupaten Wajo, pada pembukaan porseni Korpri, Kamis, 07/10/2016. (Ft, MAN, penarakyat.com)
SENGKANG, penarakyat.com — Menyambut peringatan hari ulang tahun (HUT) Korpri tingkat Kabupaten Wajo tahun 2016, pengurus Korpri Wajo menggelar pekan olahraga dan seni (porseni) antar satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Selain diikuti oleh pegawai lingkup SKPD, pegawai negeri sipil lingkup Kecamatan juga turut ambil bagian dapan porseni korpri yang di buka melalui upacara porseni di lapangan upacara kantor Bupati Wajo, Kamis (6/10/2016).
Pada saat prosesi devile, dua orang dari perwakilan dua instansi tiba-tiba berhenti saat melakukan devile. Andi Tamar Jaya yang merupakan staf Dinas Perhubungan langsung mencabut keris yang terselip dipinggang di hadapan Bupati Wajo, beserta pejabat di tribun kehormatan.
Apa yang dilakukan staf dinas perhubungan tersebut, merupakan pertunjukan, osong/moseng (bahasa Bugis) atau angaru (basaha Makassar).
Osong/moseng atau angaru merupakan tradisi adat budaya, berupa sumpah prajurit kepada rajanya. Pada zaman dahulu osong ini dilakukan oleh panglima perang kepada sang raja ketika akan berangkat perang.
Saat ditemui usai defile, Andi Tamar Jaya mengakui jika hal dilakukannya itu adalah adalah “moseng” dalam arti bahasa indonesia adalah kesatria memiliki makna seorang pemberani yang siap mengabdi dan membela kebenaran serta menjunjung tinggi harkat dan martabat
Menurutnya, “Moseng” dilakukan pada acara tertentu seperti acara kebesaran dan acara penyambutan pejabat tertinggi. Untuk melakukan “moseng”, bukan orang sembarang karena biasa kesurupan mengingat “mamoseng” itu memiliki mistik.
“Kriteria orang yang “mammoseng” harus pahami adat dan siap mental karena memiliki nilai mistik dan menjadikan pelaku moseng kesurupan,” kata Andi Tamar. (man/cr1)
