SIDRAP, Penarakyat.com — Penutupan sementara aktivitas tambang galian C di bantaran sungai Bila, Kecamatan Pitu Riase, Sidrap mulai berdampak pada material pasir batu (sirtu) untuk bahan bangunan.
Akibatnya, bahan material inipun mulai langka ditemukan, atas kebijakan penutupan sementara.
Padahal, kebutuhan bahan bangunan penting tersebut tidak seharusnya terhenti suplainya.
Kini warga masyarakat di wilayah itu berharap agar secepatnya dibuka kembali.
Harapan itu tentunya memiliki alasan. Pasalnya, sejak ditutupnya aktivitas tambang tersebut, membuat kehidupan ekonomi keluarga mereka terasa sangat merepotkan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Hal itu diungkapkan ratusan karyawan dari sejumlah perusahaan tambang yang memiliki izin resmi dari pemerintah yang ditemui dibeberapa lokasi di tempat berbeda, Kamis kemarin (24/9/2020).
“Sejak ditutupnya aktivitas tambang sementara diwilayah ini, kehidupan ekonomi keluarga kami sangat sulit, karena sumber resmi penghasilan hanya bergantung pada aktivitas tambang yang dapat menghidupi ratusan hingga ribuan keluarga bagi para karyawan,”ujar Tariya, warga Desa Botto, Kecamatan Pitu Riase yang turut diamini karyawan lainnya.
Ditempat terpisah, Ono Sodding, warga Desa Bila Riase, Kecamatan Pitu Riase, Sidrap yang mewakili puluhan sopir armada truk pengakut bahan material lainnya, mengungkapkan hal yang sama, sehingga dia berharap agar pemerintah dapat segera membuka kembali aktivitas tambang di wilayah ini.
“Dalam kondisi seperti ini pak, semua karyawan atau pekerja serta para sopir armada truk, sangat merasakan dampak penutupan aktivitas tambang yang tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sejak sebulan lalu,” kata Lasore, sopir armada truk dari Desa Botto, Kecamatan Pitu Riase, Sidrap.
Sekedar diketahui, kegiatan reklamasi yang direkomendasikan Forkopimda Sidrap yang diawasi tim terpadu dari Kementerian ESDM Provinsi Sulsel dan Dinas Lingkungan Hidup serta Dinas PSDA Sidrap, sudah dilaksanakan sesuai petunjuk tekhnis pelaksanaan. (Riss)