PAREPARE, Penarakyat.com — Membuat beragam acara hiburan bahkan pesta gemerlap jelang pergantian malam tahun baru, sudah menjadi tradisi trendy oleh sebagian warga yang bermukim di perkotaan.
Menyikapi realitas tradisi tersebut, Alumni 212 Kota Parepare H. Bakhtiar Syarifuddin, angkat suara, bahwa tradisi acara akhir tahunan yang semakin meluas dan sudah digandrungi oleh berbagai lapisan masyarakat ini, sudah harus ada pihak atau lembaga yang punya kapasitas dan otoritas untuk memberikan semacam pencerahan tentang kemanfaatan umat dalam tradisi itu.
Dia menekankan, tradisi pergantian malam tahun baru dengan melakukan berbagai mode acara-acara yang sudah condong berbau gemerlapan, seharusnya tidak boleh dibiarkan berkembang terus dan larut menjadi sesuatu yang dianggap sebagai kemajuan zaman dan tuntutan tingkah laku kehidupan di perkotaan.
“Menurut saya tidak banyak manfaat yang diperoleh dari tradisi itu. Sebab sepanjang malam bahkan ada istilah sekarang “tembus pagi” atau begadang hanya diisi dengan kegiatan-kegiatan percuma, yang justru berpotensi mengancam kualitas derajat kesehatan. Di samping itu tidak sedikit terjadi adanya laporan kerusakan moral bagi sebagian generasi anak muda, ada gangguan kamtibmas serta tindak kriminal akibat pengaruh pesta-pesta miras dan peredaran obat terlarang,” ingat Bakhtiar, Selasa, 18 Desember 2018.
Oleh karena itu, kata dia, sebaiknya tradisi pergantian malam tahun baru dengan melakukan berbagai acara yang berbau pesta gemerlapan, sudah harus dikendalikan atau bahkan dihentikan, khususnya bagi kaum muslimin dan muslimat.
“Intinya, jauh lebih banyak manfaatnya tinggal dalam rumah kumpul bersama sanak keluarga ketimbang harus keluar rumah. Ingat…janganlah mengejar mati-matian pada sesuatu yang tidak dibawa mati, akan tetapi berjuanglah mati-matian untuk sesuatu yang akan dibawa mati,” tandas Bakhtiar. (Andi Udin)