Badik Raja Untuk Sang Pengawal Demokrasi

Badik Raja Untuk Sang Pengawal Demokrasi

Terima Kasih atas dedikasi dan bimbingannya selama ini, dalam memimpin organisasi. Meski sudah tidak bersama lagi namun bimbingan tetap kami butuhkan”

Oleh : Jumardi

Sepenggal kalimat dari Ketua Bawaslu Kabupaten Wajo, Dr. Malik Muhammad, SHi,MHi, mengubah suasana ceria peserta Rapat Koordinasi Pengawasan Panwaslu Se-Kabupaten Wajo menjadi suasana haru. Seketika Gedung Glory Convention Center menjadi hening.

Kalimat dari Ketua Bawaslu Wajo ini, dilontarkan pada pembukaan Rapat Koordinasi yang digelar Bawaslu Wajo dengan peserta Panwascam se-Kabupaten Wajo. Rakor kali ini memang berbeda dengan biasanya karena dirangkaikan dengan pelepasan Ketua Panwaslu Kabupaten Wajo Andi Bau Mallarangeng, SH. MH.

Andi Bau Mallarangeng, Ketua Panwaslu Kabupaten Wajo memilih untuk tidak lagi mendaftar di Bawaslu, pada perekrutan beberapa waktu lalu. Praktisi Hukum STIH Lamaddukkelleng ini sendiri diketahui telah dua kali memimpin lembaga pengawas pemilu yakni Pilkada Wajo 2014 dan Pilkada Wajo 2018 lalu.

Selama memimpin Panwaslu Wajo sosok yang lebih akrab disapa Gus ABM ini dikenal sebagai pemimpin yang menjadi panutan. Betapa tidak selain dikenal mempunyai integritas tinggi, profesionalismenya tidak diragukan, memiliki totalitas dan mampu membuat solid orang-orang yang ada dijajaran Panwaslu.

Sementara dimata para pengawas pemilu, Gus ABM dikenal bertanggung jawab nan bijaksana, humoris namun tegas. “Bekerjalah maksimal adapun hasilnya nanti biarkan takdir yang menentukan, tapi yakinlah tidak ada usaha yang menghianati hasil,” kata Gus ABM disetiap pertemuan dengan Panwascam pada pilkada 2018 lalu.

Bahkan oleh Kepala Sekretariat Bawaslu Wajo, Sri Irmayani, mengibaratkan Gus ABM sebagai sosok Yudistira dalam kisah sastra Mahabarata.

Atas kepiawaian dan kebijaksanaan memimpin lembaga pengawas pemilu, Panwaslu Wajo yang telah berestorasi menjadi Bawaslu Wajo memberikan penghargaan berupa Badik Raja (senjata khas Bugis) kepada Gus ABM yang digelari oleh jurnalis Sang Pengawal Demokrasi.

“Badik merupakan senjata khas bugis yang lurus, mewakili dedikasi beliau yang jujur, tegas dan bertanggung jawab selama memimpin Panwaslu Wajo,” kata Komisioner Bawaslu Wajo Andi Rahmat Munawar.

Badik yang diserahkan kepada Sang Pengawal Demokrasi ini merupakan Badik jenis raja yang berhiaskan pasang timpo perak dengan ukiran khusus. Serta gagang badik yang kallasanya terbuat dari emas.

Badik raja tersebut ditempa oleh panre pilihan di waktu tertentu dan dipanetta di waktu tertentu dengan niat keselamatan bagi pemiliknyaa. Entah kebetulan atau tidak, makna pamor yang ada dalam badik tersebut seolah mewakili jati diri Gus ABM.

Dijelaskan, Badik raja ini memiliki beberapa pamor yakni, pamor tebba jampu yang bermakna harapan agar pergaulan dimudahkan dan berkembangnya kebaikan. Pamor timpa laja yang bermakna derajat dan kewibawaan. Pamor ure tuo bermakna kehidupan yang bahagia dan harapan agar rezki dimudahkan. Pamor teppo baja bermakna harapan agar dimudahkan segala urusan dan pamor cappa palaribermakna keperkasaan dan keberanian.

“Badik dalam budaya bugis makassar adalah simbol kehormatan (Siri). Adapun jenis badik raja dimasa lalu dibuat untuk pemimpin dan pemuka masyarakat. Pasang timpo perak dengan ukiran lawasuji bermakna perlindungan. Ukiran sulapa bermakna kesempurnaan. Ukiran sulur daun bermakna keindahan.
Adapun gagangnya dihiasa kallasa’ emas menyimbolkan kemuliaan,” jelas Staf Bawaslu Wajo Edil Adhar saat menjelaskan simbolik cenderamata tersebut.

“Rampe rampe decengnge mitu ri sappa ri padatta rupa tau. Rampeka golla kurampeki kaluku
Selleng mattakke mattunrung makkure jawi jawi,” pesan leluhur yang senantiasa selalu ditanamkan Andi Bau Mallarangeng saat mengabdi sebagai pengawal demokrasi ke segenap jajarannya. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *