BONE, penarakyat.com – Siswa SMA Negeri 4 Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) terpaksa belajar dengan cara duduk di lantai. Tanpa pengalas, siswa duduk di ubin dengan bersila sambil belajar. Pasalnya, di kelas mereka tak ada kursi dan meja
“Sejak juli tahun 2015 lalu, Sekolah ini tidak ada bangku,dan kursi, hal ini karena tidak ada pengadaan dari dinas, Upaya kita berkali-kali ajukan proposal di sini,dan provinsi, tapi belum ditanggapi,” kata Wakasek Sarana SMA 4 Watampone, Ahmad Jayani, Kamis (11/2/2016)
Dia mengaku, kondisi tersebut, sangat berpengaruh kepada siswa. Salah satu yang dipengaruhi adalah menurunnya daya serap yang dimiliki serta kesehatan siswa akan terganggu.
“Kami berharap pada tahun ini supay cfa bantuan ada, karena siswa belajar melantai, para siswa sudah tidak nyaman, Pemerintah secepatnya mengadakan kursi dan meja,” harapnya.
Disebutkan pula bahwa sekolah tersebut, memiliki siswa 200 orang duduk melantai dari enam kelas, “Itu untuk enam ruang kelas. Lima ruang belajar X IPS dan 1 X Bahasa,” ungkapnya.
Sekolah tersebut butuh 200 pasang meja dan kursi. Jadi Anggaran keseluruhan yang dibutuhkan kurang lebih Rp100 juta.
Salah seorang siswa, kelas X IPS V, Nooraeni Rahman, mengatakan dengan kondisi belajar tanpa meja dan kursi, itu tidak nyaman buat kami, konsentrasinya terganggu, dan capek.
“Kami sebagai murid berharap agar secepatnya bisa menikmati lagi rasanya belajar diatas tempat duduk, agar kami bisa lebih nyaman belajarnya,” kata Nooraeni Rahman.
Kepala Bidang SMA Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Akbar yang ditemui diruang kerjanya, membantah kalau Pihak Diknas belum pernah memberikan bantuan kursi dan meja kepada pihak sekolah Tersebut.
“Tahun lalu kita sudah kasih bantuan meja, sebanyak 78 meja dan kursi, lemari 6, papan tuis 6, dan meja guru 6 pasang, hanya saja tidak diperuntukan kepada bangunan itu, pihak sekolah menempatkan ditempat lain,” kata Akbar.
Sekedar diketahui bahwa, sekolah tersebut merupakan sekolah favorit di Kabupaten Bone, yang setiap tahunnya menerima siswa baru dengan kouta yang berlebihan, sehingga beginilah hasilnya, siswa ada yang masuk pagi dan sore, karena kapasitas ruangan yang tidak mencukupi.
Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Bone, Andi Saiful Marfian, menuturkan bahwa pihak sekolah harus lebih jeli dalam menerima siswa baru, jangan seenaknya saja menerima siswa dengan kelebihan kouta karena kapasitas ruangan yang dimiliki tidak dapat menampung semua siawa.
“Kalau beginimi jadinya, adami siswa yang duduk melantai, itu kan akan mempengaruhi konsentrasi belajar siswa,” ujar Saiful.
Saiful meminta kepada pemkab Bone dan Diknas Bone agar mengevaluasi kepala sekolah, agar kedepannya kalau menerima siswa baru harus dibatasi, dengan kapasitas ruangan yang dimiliki sekolah.
“Jangan sampai kita mau mencerdaskan generasi kita malah membuat mereka dropp kalau belajar melantai,” katanya. (mardi bone).