MAKASSAR – Badan dan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Makassar bakal melibatkan Sanro untuk membantu proses penanganan darurat bencana.
Sanro di sini bukanlah dukun, jika merujuk dalam Bahasa Makassar, melainkan singkatan dari Disaster and Emergency Button atau tombol bencana dan darurat.
Kepala Pelaksana BPBD Makassar, Achmad Hendra Hakamuddin menyebut Sanro bakal memudahkan personelnya dalam merespon bencana dan mempersiapkan kelengkapan sesuai kebutuhan di lokasi.
Danny Pomanto Perkuat Sister City dengan Gold Coast, Kembangkan Potensi Pariwisata Makassar
Sanro tidak sembarang digunakan, kata Achmad Hendra, karena laporan bencana yang masuk harus valid lalu diolah dan diukur berdasarkan kriteria yang telah dimiliki BPBD Makassar sebagaimana pedoman penanganan kebencanaan.
“Sanro ini seperti tombol panik, yang mana akan digunakan jika terjadi bencana yang masuk kriteria segera atau yang menjadi prioritas utama,” ujar Achmad Hendra Hakamuddin, Selasa (22/3/2022).
Dia menjelaskan bahwa pengalaman personelnya di lapanganlah yang menjadi alasan utama dibuatnya Sanro. Di mana seringkali personel membawa peralatan yang kurang ataupun tidak digunakan di lokasi, sehingga perlu upaya agar operasional berlangsung lebih efektif, efisien dan tepat sasaran.
“Berdasarkan kasus, seperti banjir akhir 2021 lalu, di saat bersamaan di Kodam 3 Biringkanaya kita bawa perahu karet ternyata setinggi betis sedangkan di Swadaya itu setinggi dada. Melihat kondisi mestinya kita bawa perahu karet di swadaya. Jadi nanti dengan Sanro kami harap kejadian seperti ini tidak terjadi lagi,” jelas Achmad Hendra.
Selain itu, melalui Sanro durasi respon personel BPBD Makassar juga bisa dipangkas. Achmad Hendra mengapresiasi kompetensi personelnya yang mampu merespon kurang dari satu jam. Hanya saja dia tidak ingin berpuas diri di situ saja.
“Personel kami patut diacungi jempol, respon kurang dari 1 jam. Nah dengan Sanro ini durasi respon terhadap bencana bisa lebih cepat dari yang sekarang, selain itu mempersiapkan diri dan peralatan yang tepat baik jenis dan jumlahnya ke lokasi,” tutup Achmad Hendra. (rls)