SENGKANG, Wajo — penarakyat.com – Langit Sengkang berbalut cahaya lampu panggung. Ribuan orang duduk rapi, sebagian berdiri, semua menunggu momen yang tak biasa. Dari pengeras suara, lantunan shalawat mulai menggema. Perlahan, suara itu menyatu dengan bisikan hati setiap orang yang hadir.
Selasa malam, (02/10/2025), di barisan paling depan, Bupati Wajo, Andi Rosman, berdiri tegap. Namun ketegapan seorang pemimpin itu luluh seketika saat nama Rasulullah Muhammad SAW disebut. Bibirnya bergetar, dadanya naik turun menahan rasa, dan akhirnya… air mata jatuh juga.
Di sampingnya, Wakil Bupati dr. Baso Rahmanuddin menundukkan kepala. Sesekali ia mengusap wajah, seolah ingin menyembunyikan tangisnya. Tapi malam itu, tidak ada yang perlu disembunyikan. Air mata justru menjadi bahasa cinta, bahasa kerinduan pada Nabi yang mulia.
Lapangan Merdeka, yang biasanya hanya tempat olahraga dan upacara, malam itu menjelma menjadi samudra cahaya. Ribuan jamaah larut dalam syair indah yang dilantunkan Majelis Az Zahir. Mereka datang bukan hanya untuk melihat, tapi untuk merasakan.
“Alhamdulillah… tiada kata pantas kita ucapkan selain syukur dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau utusan Allah yang membawa kita dari kegelapan menuju terang seperti ini,” suara Bupati Andi Rosman bergetar, pecah ditelan isak.
Tak lama, Prof. KH. Nasaruddin Umar, Menteri Agama RI sekaligus putra Wajo, memberi tausiah. Kata-katanya sederhana tapi menusuk jiwa:
“Jika kita terus memuji Rasulullah, yakinlah hidup akan tenteram dan damai.”
Kalimat itu seperti menambah deras aliran air mata. Di setiap sudut lapangan, dari anak kecil hingga orang tua, semua hanyut dalam rasa yang sama: kerinduan kepada Nabi.
Kehadiran ulama kharismatik Habib Ali Zainal Abidin Assegaf pun mempertebal nuansa sakral. Malam itu, seolah Wajo mendapat limpahan berkah dari doa dan shalawat yang tak henti menggema.
Bupati Andi Rosman menutup dengan kalimat penuh makna:
“Kehadiran Gurutta tau malebbita Prof. KH. Nasaruddin Umar dan Habib Ali Zainal Abidin Assegaf menambah nuansa tersendiri bagi MQKI ini. Semoga menjadi berkah bagi kita semua.”
Dan benar saja, malam itu bukan sekadar acara As’adiyah Bersalawat. Ia adalah perjalanan batin. Lapangan Merdeka menjadi ruang saksi: bahwa seorang pemimpin pun manusia biasa, yang bisa menangis karena cinta kepada Rasulullah.
Malam itu, air mata bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan iman.
Meta deskripsi :As’adiyah Bersalawat di Wajo penuh haru. Bupati Andi Rosman dan Wabup Baso Rahmanuddin berurai air mata bersama ribuan jamaah di Lapangan Merdeka.











Tinggalkan Balasan