AKIS MAYANTO,
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
Menjelang akhir pekan maupun saat akhir pekan, sebagian besar dari kita akan menyambutnya dengan berbagai aktifitas. Ada yang memanfaatkannya untuk bersantai sejenak hingga benar-benar berlibur, sampai meluangkan waktu yang tepat untuk kembali bersama keluarga dan untuk dekat lagi dengan Tuhan.
Hal ini juga berlaku bagi kaum muda-mudi, dari yang memanfaatkannya untuk kumpul bersama teman, sahabat, dan kekasih, hingga bagi pecinta sepak bola dan olahraga lainnya yang biasanya dapat menghabiskan akhir pekannya untuk menikmati siaran pertandingan olahraga.
Namun dikarenakan virus corona semakin merajalela di Italia dan bahkan sudah ada pemain Serie A, Daniele Rugani yang terjangkit corona, maka pertandingan itu tidak memungkinkan untuk digelar. Pertandingan itu secara resmi ditunda dan tidak diketahui bagaimana kelanjutannya, karena yang pasti situasi sepak bola di Eropa saat ini semakin kacau.
Situasi tersebut benar-benar mengancam persepakbolaan di seluruh negara, dan yang paling heboh jelas adalah Inggris. Seperti yang kita ketahui, bahwa sepak bola di sana sangat digandrungi oleh masyarakat penikmat bola secara global, termasuk Indonesia.
Setelah figur bola seperti Rugani dan bos Olympiakos dinyatakan positif corona, kini figur-figur bola di Inggris juga mengalami hal serupa. Nahas bagi Arsenal, Chelsea, Manchester City, dan Leicester City, karena orang-orang penting mereka dinyatakan positif corona.
Mikel Arteta adalah figur dari Arsenal yang diberitakan secara resmi positif mengidap corona. Meski kini dikabarkan telah membaik, Arteta tetap berada dalam masa karantina untuk pemulihan.
Jatuhnya orang-orang penting di sektor olahraga khususnya pada sepak bola di Inggris tersebut membuat Premier League akhirnya ditunda sampai 4 April mendatang. Bahkan, jika situasi tetap tak memungkinkan, bisa saja Premier League musim 2019/20 ini akan dihentikan.
Mendengar keputusan tersebut, para pecinta sepak bola pasti merasa sedih. Namun apabila kita lebih dewasa menyikapinya, seperti apa yang diungkap oleh Jurgen Klopp, bahwa saat ini sepak bola bukanlah yang paling penting, namun kesehatanlah yang diutamakan. Sehingga, ketika pihak petinggi Premier League hingga UEFA menunda, menghentikan sejenak, dan memundurkan jadwal EURO 2020, maka itulah yang terbaik.
Semoga hal ini juga dipertimbangkan oleh sepak bola di Indonesia. Apalagi ketika corona sudah positif menjangkiti masyarakat Indonesia dari segala lapisan (status sosial dan lingkungan). Kita memang tidak ingin merasa bosan di akhir pekan karena tanpa sepak bola. Namun jika nyawa menjadi taruhan, sepertinya itu bukanlah langkah bijak untuk mencintai sepak bola. (*)