SIDRAP, Penarakyat.com — Pagi yang cerah menyapa Villa H. Zulkifli Zain di kawasan Simpo, Desa Passeno, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, Sabtu (18 Mei 2025).
Di tengah hijaunya pepohonan dan udara yang sejuk, suasana pagi itu menjadi semakin istimewa dengan hadirnya secangkir kopi hangat yang dicampur madu hutan asli dari Desa Pariwang, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang.
H. Zulkifli Zain, yang akrab disapa H. Pilli, dikenal sebagai sosok yang mencintai alam dan menjalani gaya hidup sehat.
Di sela kesibukannya, ia memanfaatkan akhir pekan untuk beristirahat dan menikmati ketenangan di villanya yang asri. Rutinitas paginya pun sederhana namun bermakna: menikmati kopi hangat dan madu hutan sambil menyapa pagi.
Menariknya, madu yang dinikmati bukanlah produk kemasan biasa. Madu tersebut ia peroleh langsung dari hutan di Pariwang—hasil dari kegemarannya berkebun dan beternak burung.
Bahkan, H. Pilli kerap turun langsung ke lapangan untuk memanen madu dari sarangnya, menjadikan proses ini sebagai petualangan yang menyegarkan sekaligus penuh tantangan.
“Ini madu asli dari hutan, tidak dicampur. Saya ambil sendiri di Pariwang,” ujar H. Pilli sembari menunjukkan botol kecil berisi cairan kental berwarna keemasan.
Suasana pagi itu semakin akrab dengan kehadiran H. Heidir, pemilik usaha air minum dalam kemasan Nyala Water. Keduanya larut dalam obrolan ringan, ditemani aroma kopi dan rasa manis alami dari madu hutan.
“Rasanya luar biasa. Alami sekali,” puji H. Heidir.
H. Pilli menambahkan bahwa madu hutan ini tidak hanya nikmat, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan. “Bagi penderita diabetes, insya Allah madu asli seperti ini jika dikonsumsi dengan bijak bisa membantu proses pemulihan,” jelasnya.
Kisah pagi di Villa H. Pilli bukan sekadar cerita tentang menikmati secangkir kopi dan madu. Lebih dari itu, ini adalah refleksi dari gaya hidup sehat dan cinta terhadap alam.
Bagaimana seseorang bisa memanfaatkan waktu libur untuk menyatu dengan alam, mengapresiasi hasil bumi, dan menginspirasi orang lain untuk hidup lebih seimbang.
Melalui kisah sederhana ini, masyarakat diajak untuk kembali mencintai kekayaan alam lokal—bahwa liburan tak melulu harus mewah atau jauh. Kadang, yang paling menyegarkan justru bisa ditemukan di halaman sendiri, dengan secangkir kopi, tetes madu hutan, dan udara pagi yang murni. (Riss)
Tinggalkan Balasan