Jiwa Besar Manajemen EEES Hindarkan Sul-Sel dari Krisis Listrik

GILIRENG, Penarakyat.com–Ancaman krisis listrik yang diakibatkan oleh aksi mogok karyawan di Energy Equity Epic Sengkang Pty.Ltd hari ini batal dilaksanakan, Humas EEES Baso Firman mengatakan “ hari ini pihak manajemen telah merealisasikan kenaikan gaji dan insentif, kita harus hargai jiwa besar manajemen perusahaan karena saat ini situasi ekonomi sedang sulit bahkan ditempat lain terjadi PHK dan Karyawan banyak yang dirumahkan”. Pembayaran insentif dan kenaikan upah disambut dengan sukacita oleh segenap karyawan EEES, hal ini dibenarkan oleh Ketua Pengurus Komisariat Federasi Pertambangan dan Energy Serikat Buruh Sejahtera Indonesia PK-FPE SBSI EEES Ambo Ajang. “ hari ini apa yang kami tuntut telah direalisasikan oleh manajemen, saya sudah dihubungi beberapa karyawan bahwa sms banking mereka sudah berdering” kata Ajang, “ ini merupakan suatu keberhasilan bagi pergerakan serikat buruh di EEES, saya tidak henti-hentinya menghimbau para karyawan untuk bergabung dengan serikat buruh, karena yang menikmati adalah kita semua, buruh bersatu sulit dikalahkan” ujar lelaki bertubuh tegap ini dengan nada berapi api.

Ancaman pemogokan karyawan EEES diawali oleh aspirasi serikat buruh yang dilayangkan secara resmi belum ditanggapi oleh manajemen EEES, sehingga mereka mengancam mogok secara resmi pada hari ini 23 November 2015, namun dengan realiasi tuntutan mereka hari ini, mogok tersebut batal dilaksanakan, situasi di CPP Kampung Baru juga terlihat normal, juga terlihat beberapa pekerja sedang menurunkan spanduk dan bendera serat beberapa petugas keamanan yang berjaga di Pos Security.

Ketua DPC SBSI Kab. Wajo Abdul Kadir Nongko, membenarkan hal tersebut, “ kami sudah mengirimkan surat pembatalan mogok ke instansi terkait” ujar aktivis senior buruh di Wajo ini, Kadir manambahkan bahwa aksi mogok merupakan jalan terakhir yang ditempuh untuk memperjuangkan hak kesejahteraan buruh “ saya harap kedepannnya ada saling pengertian dan sinergi dari pihak serikat dan manajemen sehingga spanduk dan bendera tidak berkibar lagi tahun depan” tambah Kadir.

Berita ancaman pemogokan tersebut sempat mengundang perhatian warga dan pemerintah, betapa tidak pasokan listrik yang diproduksi dengan bahan bakar gas EEES dari PLTGU Patila saat ini menjadi andalan PLN untuk peyediaan listrik di kawasan Sulawesi Selatan terlebih saat musim kemarau ini dimana debit air PLTA sedang turun, Barat dan Tenggara sehingga dapat dibayangkan efek dari berhentinya operasi perusahaan ini, bisa terjadi pemadaman listrik dalam skala luas dengan segala efek sampingnya, utamanya pada sector industri yang saat ini sangat tergantung listrik. Peran penting ini menjadikan EEES sebagai salah satu objek nasional di Kabupaten Wajo. (cr2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *