Kirab Pusaka Benteng Masuknya Budaya Asing

Kirab Pusaka Benteng Masuknya Budaya Asing

PALOPO, penarakyat.com — Napak Tilas Peradaban Besi Sulawesi (NTPBS) ke 2 yang digelar di Istana Kedatuan Luwu, Palopo berlangsung meriah. Salah satu rangkaian acara yang menyedot perhatian adalah kirab pusaka.

Tujuan utama dalam pelaksanaan kirab pusaka ini adalah untuk mengangkat dan memperkenalkan kembali nilai-nilai warisan leluhur.

“Kita berharap dengan adanya kegiatan ini masyarakat sadar dan terbuka hatinya bahwa pusaka-pusaka leluhur kita sangatlah penting dan salah satunya sebagai benteng atau penghalang untuk masuknya budaya-budaya asing di tempat kita,” kata salah seorang panitia, Andi Sulolipu Sulthani.

Kirab Pusaka yang digelar pada acara Napak Tilas Peradaban Besi Sulawesi ke 2 ( NTPBS #2 ) di Kota Palopo, Sulawesi Selatan ini merupakan kelanjutan pada acara 2 tahun lalu yakni, NTPBS #1 di Sorowako.

Acara Napak Tilas Peradaban Besi Sulawesi ini sendiri diselenggarakan oleh Komunitas Pompessi Luwu dengan didukung oleh Kedatuan Luwu di Istana LangkanaE Kedatuan Luwu.

Dalam kirab ini pusaka-pusaka luwu yang ditampilkan yakni, La Bunga Waru, La Barana,
La Majjekko, Ula balu, Karurunge, La oddang pero, La Wani dan La Maradang.

Pantauan penarakyat.com Sabtu (24/12/2016) akhir pekan lalu, sebelum dilaksanakan Kirab Pusaka, Pusaka-Pusaka tersebut diritualkan terlebih dahulu  melalui tata cara adat Luwu (Bilah pusaka tersebut dimasukkan terlebih dahulu ke dalam bambu yang berisi air kelapa dan direndam semalaman lalu di tompang ). Setelah itu baru dilakukan Kirab Pusaka keliling Kota Palopo.

Dalam pelaksanaan kirab pusaka tersebut, juga turut para Pelestari dan Pecinta Pusaka dari berbagai komunitas antara lain yang ada di Sulawesi, diantaranya, TBMPC, Badik Celebes, Kursani, Sima’ Tana, Kawali Pusaka Wajo, dll, serta dari perorangan yang semuanya lengkap dengan pakaian adat dan pusaka masing-masing.

Baris terdepan dalam pelaksanaan kirab tersebut diebut ” Pangaru ” terdapat Pasukan Rongkong yang merupakan pasukan penyerbu atau juga termasuk pasukan istimewa dari Kedatuan Luwu yag diiringi oleh ” Pangibing ” terdiri dari beberapa wanita yang fungsinya sebagai pemberi semangat para pasukan tersebut, dan pada barisan berikutnya diikuti oleh perserta dari Kecamatan dan beberapa Komunitas Pelestari Pecinta Pusaka serta perorangan yang turut dalam barisan kirab pusaka tersebut.

Diharapkan dengan kegiatan tersebut maka akan makin bangga para masyarakat khususnya Sulawesi yang memiliki Pusaka untuk menjaga, merawat dan melestarikannya. Salah satu cara pelestarian adalah dengan memperkenalkan ke keturunan mereka masing-masing. (herwin aldy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *