SITUBONDO, Penarakyat.com – Kopi arabika asal lereng Gunung Argopuro, Situbondo, Jawa Timur, untuk pertama kalinya diekspor ke Jeddah, Arab Saudi, dalam langkah yang disebut pemerintah sebagai bagian dari upaya mengangkat potensi UMKM sektor perkebunan ke pasar global.Sebanyak 15 ton kopi dilepas dalam seremoni ekspor perdana di bawah program pilot holding UMKM yang digagas oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Senin (6/10).

Ekspor ini melibatkan kerja sama antara Perum Perhutani, petani kopi lokal, serta sejumlah kelompok masyarakat desa hutan yang tergabung dalam kemitraan pengelolaan hutan berbasis agroforestry.

Kepala Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur, Wawan Triwibowo, mengatakan bahwa kopi yang diekspor merupakan hasil budidaya petani di lahan seluas 1.800 hektare, yang dikelola melalui skema kemitraan antara Perhutani dan kelompok masyarakat sekitar hutan.

“Ini adalah wujud nyata sinergi antara Perhutani dan masyarakat dalam mengelola sumber daya hutan secara berkelanjutan, dengan tetap memperhatikan aspek konservasi,” ujarnya dalam keterangan kepada wartawan.

Kemitraan ini melibatkan Perkumpulan Masyarakat Walida, Perkumpulan Rengganis, serta dua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH): Rengganis dan Argopuro Makmur.

Administratur Perhutani KPH Bondowoso, Misbakhul Munir, menyebut bahwa pengelolaan kawasan hutan berbasis agroforestry memberikan jalan tengah antara pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Kami menawarkan solusi yang tidak hanya melindungi hutan, tetapi juga memberikan nilai ekonomi kepada petani dan pengusaha lokal,” kata Munir.

Ia berharap bahwa kerja sama lintas sektor seperti ini tidak hanya di pertanian, tapi juga pariwisata dan lainnya  bisa menjadi model yang memperkuat perekonomian desa, tanpa mengorbankan kelestarian hutan.

Ekspor kopi ini secara simbolis dilepas oleh Deputi Bidang Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Bagus Rachman, serta Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo.

Dalam beberapa tahun terakhir, kopi arabika dari lereng Gunung Argopuro mulai mencuri perhatian karena cita rasa khas yang dipengaruhi oleh ketinggian dan kondisi tanah di kawasan pegunungan tersebut.

Ekspor perdana ini diharapkan menjadi pintu masuk produk kopi lokal ke pasar Timur Tengah yang selama ini didominasi oleh kopi dari Afrika dan Amerika Latin.