* Lebih Dekat dengan Sosok ABI RAFDI KDI 2018
Oleh : H. Ady Sanjaya
NASIB seorang tidak ada yang tahu. Jika sudah Allah SWT berkehendak, maka takdirlah yang menentukan atas izinNya.
Nama Abi kini menjadi sorotan publik seantero Nusantara. Ia mendadak banyak dikenal orang karena menjadi salah satu peserta Kontes Dangdut Indonesia (KDI) 2018.
Abi yang punya nama lengkap Abi Rafdi Suardi berhasil lolos tahapan demi tahapan kontes dangdut bergengsi yang ditayangkan MNC TV (dulu TPI,red).
Saat ini, Abi berhasil menyisihkan 54 peserta dari 8 kota tempat audisi yakni Makassar, Medan, Semarang, Surabaya, Palembang, Banjarmasin, Bandung dan Jakarta.
Kini, ajang pencarian bakat KDI 2018 mengerucut ke empat besar. Salah satunya, Abi yang masih bertahan dan lolos empat besar.
Dia kini tengah berjuang menuju final mewakili Kabupaten Sidrap dan Sulawesi Selatan.
Seperti apa kehidupan sehari-hari sang Muadzin Masjid Mina Sidrap ini, berikut petikan wawancara khusus Kedua Orang Tua Abi, Sabtu malam (09/09/2018).
Wartawan yang bertandang kerumah Abi di kelurahan Ponrangngae, Lancirang kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap, ingin mengetahui hidup keluarga ini.
Tidak ada yang istimewah dari keluarga sederhana ini, gaya merendah tetap diperlihatkan sikap kedua orang tua Abi termasuk Nenek dan Tantenya.
“Tamaki Bolae Ndik, (masuk kerumah,red). Inilah rumah asli Abi, dilahirkan dan dibesarkan disini,”ucap Sumarni ibu kandung Abi saat menyambut hangat kedatangan penulis yang sudah menantinya dan janjian sebelumnya.
Abi Rafdi merupakan anak dari pasangan Suardi Mustafa dan Sumarni. Dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak sulungnya adalah perempuan bernama Ikhda Mutia dan adik bungsunya bernama Faiz Suardi yang masih duduk dibangku Kelas V Sekolah Dasar.
Dimata orang tuanya, Abi merupakan anak penurut dan patuh. Sejak dilahirkan Jumat 03 Desember 1999 silam, ia tak pernah menyusahkan.
Bahkan Abi sangat rajin dan disiplin. Apalagi ia tak pernah lupa kewajibannya sebagai ummat muslim yakni shalat 5 waktu.
Sejak masih Sekolah Dasar di SD 7 Ponrangngae, hingga tamat di SMP Negeri 4 Dua Pitue, Abi sudah membantu meringankan beban kedua orangtuanya.
Maklum keluarga Abi membiayai hidup dari mengurusi masjid. Ayah Abi sendiri Suardi Mustafa dipercaya warga di lingkungannya sebagai Imam Masjid Al Anzar Ponrangae.
Sementara ibunya, turut membantu suaminya mengurus masjid. Disetiap usai shalat, orang tua Abi saling membantu membersihkannya.
Abi sendiri sejak sekolah sudah diberi tugas sebagai Muadzin dan bahkan selalu dipercaya membantu menjadi Imam kedua Masjid didekat rumahnya bernama Masjid Mina Ponrangngae.
Itu ia lakukan jika Imam utama tidak sempat hadir. “Itulah anak saya (Abi,red), selalu tidak pernah menyusahkan. Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT punya tiga anak semuanya penurut dan patuh pada orangtua. Sejak dikandung hingga lahir, saya tidak pernah ngidam apa-apa hingga Abi lahir tanpa bantuan medis,”ujar Sumarni menitihkan airmatanya.
Sejak kecil, Abi selalu ingin bahagiakan orangtua, ia membantu mencari nafkah dan membiayai sekolahnya dari bekerja semrawutan.
“Apa saja ia kerjakan. Abi punya kelebihan apa saja, mulai pungut sampah untuk didaur ulang, hingga pernah menjadi kuli bangunan (tukang batu, red). Semua itu ia lakukan untuk biayai sekolahnya sendiri. Katanya, Mama! ‘janganki malu saya kerja beginian, yang penting semua halal,”ucapnya menirukan ucapan Abi.
Jangankan patuh, sambungnya Sumarni, Abi sendiri tidak pernah membentak orangtuanya, tutur bahasanya selalu lembut jika berkomunikasi dengan orangtuanya.
“Saya sangat bangga dan bahagia punya anak seperti dia. Jika saya tidak punya uang belanja, Abi-lah yang memberikan uang dari hasil jerih payahnya menabung,”kenangnya.
Abi Rafdi sendiri terpaksa harus menguras tenaganya hanya demi membantu kehidupan keluarganya, masa-masa kecil Abi dihabiskan mencari nafkah hanya ingin memperbaiki ekonomi keluargnya.
Jika dihitung, penghasilan ayah Abi dan ibunya hanya diupah Rp300 ribu perbulan dari Iman Masjid. Itupun, biasa ada tambahan reskinya dari membantu tetangga Baca Doa.
Begitupun ibunya, tidak pernah dipatok upah berapa besarnya, terkadang ia terimah Rp100 ribu hingga Rp200 ribu perbulan hanya dari hasil membersihkan dan mengurus masjid.
“Tidak masalah seberapa besar-kecilnya reski yang kami dapat. Yang penting kami mensyukuri nikmatnya, dan kami semua ikhlas mengurusi rumah Allah SWT ini,”tutur Sumarni yang diamini Suardi.
Saat ditanya soal Abi yang lolos di kontes Dangdut paling bergengsi ini. Menurut orangtua Abi, mengaku anaknya itu terlahir punya bakat tarik suara secara ‘Otodidak’.
Ia tak pernah bermimpi jika anaknya Abi itu akan menjadi orang dikenal, meski saat ini, masih tengah berjuang membawa nama harum Kabupaten Sidrap khususnya, dan Sulsel umumnya termasuk membawa nama baik orang Bugis-Makassar dikancah Nasional.
“Sejak kecil dia (Abi,red) sudah Adzan di masjid jika memasuki 5 waktu shalat. Banyak warga dan tetangga yang suka kalau dia Adzan dan menjadi Muadzin.
Bahkan jika memasuki bulan ramadhan, Abi selalu dipercaya menjadi imam shalat Tarawih dan shalat Witir,”lontar Sumarni.
Dihati bunda Abi ini, ada kesan tak pernah ia lupakan ketika anaknya ingin melanjutkan sekolah di pondok pesantren, namun keterbatasan biaya hidup sehingga niat Abi menjadi penghafal Alquran ia urungkan.
“Dia pernah bilang ke saya, Abi pengen masuk pesantren untuk menjadi penghafal alquran, katanya malu kalau hafalan Jus Amma Alquran saat jadi imam tidak dihafal secara keseluruhan. Saya hanya jawab ke dia, nantilah nak, kalau papa-mama punya biaya karena lanjut sekolah pesantren itu butuh biaya besar nak.
“Jujur untuk makan sehari-hari saja dulu sangat susah, terkadang minjam kiri-kanan kesanak keluarga, makanya Abi selalu bertekad ingin membantu memperbaiki ekonomi keluarga kami,” cerita Sumarni bernostalgia ingat masa-masa susahnya.
Sebenarnya, Abi punya cita-cita ingin menjadi Polisi, tapi lagi-lagi keterbatasan biaya, niat itu tak kesampaian.
Saat namanya Abi Rafdi masuk nominasi 54 peserta yang dinyatakan lolos KDI 2018, kata Sumarni, hanya mampu mengiring doa padanya.
“Saya ingat waktu ikut seleksi KDI di Makassar, uang saya pegang cuma Rp400 ribu saya berikan padanya.
Alhamdulillah Allah SWT maha pengasih dan adil, keluarga mendukung penuh hingga dikarantina di kampus KDI di Jakarta,”katanya.
Doa Orangtua dan Pendukungnya Buat Abi Semangat…
SETAMATNYA di SMA 1 Lancirang (sekarang SMA 7 Pitu Riawa) tahun 2018 ini. Abi selalu menjadi juara setiap kontes ataupun festival, baik tarik suara maupun rangkin disekolahnya.
Saat ini, Abi sudah menyisihkan 54 kontestan yang berhasil dijaring untuk bersaing di Kontes Dangdut Indonesia (KDI) 2018.
Nantinya, akan bersaing lagi demi bisa melaju ke babak Gerbang Utama KDI, dimana hanya tersisa 4 orang kontestan yang akan lolos bersama Janwar Sinjai Sulsel dan Delima dari Tanjungbalai, serta si kembar Musfiqur dan Mustaqur dari Medan.
Penulis yang mengorek informasi dari Abi Rafdi sendiri berkesempatan mewawancarainya lewat sambungan telepon selulernya.
Disela-sela kesibukannya, Abi berbincang santai dengan kedua orangtuanya. Keluarga ini saling melepas rindu satu sama lainnya .
Abi mengaku saat dihubungi tengah menjalani sesi latihan di kampus KDI.
Abi mengaku punya cerita menarik dibalik kesuksesannya tembus 4 besar KDI 2018.
Dia termotivasi mengikuti ajang kompetisi, hingga masa karantina, itu berkat dorongan dan doa kedua orangtuanya.
Untuk membanggakan kedua orangtua, Abi gak malu mengakui dirinys pernah menjadi kuli bangunan dan tukang pungut barang bekas hanya demi menambah pundi-pundi rupiah.
Bahkan selalu mengikuti kontes tarik suara lain ketika ada kesempatan. Mulai dari DA3 (D’Akademi) Indosiar hingga KDI 2018 ini.
Kisah Abi Rafdi Sidrap ini, sangat mengharukan dan menjadi inspirasi bagi semua orang karena dalam perjalanan hidup hingga tembus menjadi finalis 4 besar, butuh perjuangan keras.
Meski Abi lahir dari keluarga yang tidak mampu, namun dia tidak menjadikan beban hidup.
Bahkan terpisah jarak dengan orangtua ia lakoninya dengan ikhlas.
Demi masa depannya, suka duka dan kerinduan jauh dari orang tuanya ia rasakan. Tekadnya, ia ingin mengangkat derajat keluarga.
“Sejak dulu aku selalu bekerja keras hingga sampai dipuncak ini. Satu hal, keluarga saya bisa menikmati kesuksesan saya kelak,”ucap risih Abi Rafdi, finalis asal Sidrap Sulsel.
Selama masa karantina, aku Abi, banyak suka-duka dirasakanya. Mulai latihan bersama, berbincang, hingga saling motivasi diantara sesama finalis dan terutama pada keluarganya di kampung halamannya di Sidrap.
“Ya kalau ada teman di asrama yang tereliminasi, tentu sedih kak, jadi terasa sepi. Biasanya ada kawan bicara, makanya saya setiap saat selalu menelpon ibu sama bapak hanya untuk mengobati kerinduan saya ini kak,”ucap Abi polos.
Tak lepas dari kerjakerasnya selama ini, sebut Abi lagi, pasti ada doa yang terus menyertai dirinya.
Nasihat kedua orangtua, tante dan paman serta doa seluruh pendukungnya yang diberikan, terus dijadikan motivasi untuk menggapai impian yang akan ia wujudkan.
“Saya semakin semangat, ketika sudah mendengar suara bapak, mama, nenek dan tante serta om saya lewat telepon. Saya rindukan semuanya,”ucanya polos.
“Jujur mereka semualah dan seluruh pendukung saya yang menambah motivasiku untuk terus menunjukkan yang terbaik,”ucapnya.
Dapat Golden Ticket, Abi Terharu…
ABI RAFDI saat tampil diawal-awal, sempat tereliminasi. Namun, nasib baik kembali berpihak kepadanya, ia berkesempatan dipanggil kembali oleh manajemen KDI dengan ‘Golden Ticket’.
“Kesempatan kedua ini saya tak akan sia-siakan, bang. Alhamdulillah, saya bisa sampai 4 besar KDI ini, dan Insyallah, atas izin Allah SWT, saya akan tampilkan semua kemampuan saya demi mewujudkan harapan orangtua. Mama-Papa doakan anakmu ini sampai final juara Satu,”ucap Abi dibalik telepon selulernya.
Sebelum menutup sambungan teleponnya, Abi juga meminta doa restu dari Bapak H. Syaharuddin Alrif (Wakil Ketua DPRD Sulsel) yang selama ini setia mendampingi dan mendukungnya.
“Ucapan terimah kasih saya tak terhingga kepada bapak H. Syaharuddin Alrif, H. Ilham Junaedy dan pemerintah kabupaten Sidrap serta seluruh masyarakat Sidrap, Sulsel dan seluruh pendukung saya di mana pun berada yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Mohon terus dukunganta, Abi lolos sampai 4 besar karena kalian semua. ‘Idi Manengmi Urennuang Kesi’,”ucap Abi merendah.
Sementara, orang tua Abi Rafdi kembali menceritaan jika Abi secara Otodidak punya bakat menyanyi.
Selain sudah menghafal beberapa jus Alquran, Abi juga punya hobbi beragam olahraga yang ia sukai diantaranya Futsal, Takraw, Bulu Tangkis dan seni merangkai Bunga serta melukis.
“Abi juga pintar main musik loh, kalau pulang sekolah dia hanya dikamar, yah kalau tidak mengaji, dia bermain gitar sambil nyanyi sendiri. Dia suka lagu India dan lagu-lagu Dangdut lainnya,”cetus Sumarni.
Soal prestasinya, baik di sekolah maupun saat mengikuti berbagai ajang kontes tarik suara, Abi selalu memboyong hadiah.
“Pernah ajang kontes Ajatappareng Abi dapat motor dan inimi yang dipakai bapaknya selalu kemasjid. Namanya reski, Dia juga pernah juara 1 di Sidrap dan dihadiahi 1 unit motor. Alhamdulillah, semua ini karena reski Allah SWT,”ucapnya terus memanjatkan doa puji syukurnya.
Kedua orangtua Abi disetiap shalatnya, selalu mendoakan anaknya untuk menjadi yang terbaik dan membanggakan. Terutama masyarakat Sidrap dan seluruh pendukungnya.
“Setiap saya telepon, selalu saya ingatkan Abi untuk shalat 5 waktu dan mengaji, terutama menjaga kondisi kesehatannya agar setiap tampil selalu prima dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, Insyah Allah, amin,”kata Sumarni mengakhiri bincang-bincangnya dengan penulis.
Sementara, sebagai sesama putra daerah Sidrap, H, Syaharuddin Alrif mengaku lolosnya Abi empat besar itu suatu mujizat dan kebanggaan tersendiri.
“Mencapai puncak empat besar tidak gampang loh, ini sejarah bagi masyarakat Sidrap karena perwakilannya tembus 4 besar di KDI 2018. Kita akan terus maksimalkan seluruh kekuatan dan dukungan karena Abi merupakan aset daerah yang harus kita perjuangkan dikancah nasional.
“Saya terus berharap dan menghimbau kepada seluruh pendukung Abi di manapun berada, jangan pernah lelah mendukung anak/adik kita Abi Sidrap karena ini merupakan pertaruhan nama baik anak Bugis-Makassar-Toraja-Mandar dan Luwu. ‘Idimanengmi tuh Narennuang’,”imbuhnya. (*/profil abi 2018)