PDAM Sidrap Gunakan Penjernih Air Zat Kimia

image
(ilustrasi.net)

SIDRAP, penarakyat.com –‎ Gara-gara warga sering mengeluh lantaran air milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sidrap kerap menimbulkan keruh dan bercampur lumpur. 

Perusahaan milik Pemkab Sidrap ini terpaksa harus mencari cara lain, guna menjernihkan air. Salah satunya dalah menggunakan zat kimia berupa jenis Poly Aluminium Chloride (PAC) sebanyak 5 liter perhari.

Kepala PDAM Sidrap Mustafa Hasbar membenarkan keruhnya air yang disuplai ke pelanggan khususnya diwilayah Pangkajene kecamatan Maritengngae ini memang diakui keruh dan bercampur lumpur. 

Hal itu disebabkan karena minimnya pasokan air dari sumber pompa yang terletak di beberapa titik.

Seperti Sumur Pertama BNA Pangkajene yang terletak di jalan Worter Mongisidi, yang awalnya kapasitas 4 liter/detik, kini hanya berkapasitas 2 liter/detik, yang meliputi wilayah suplay yakni Kelurahan Rijang Pittu dan sekitarnya.

Sementara sumur dua BNA Pangkajene yang berlokasi di jalan Badak yang dulunya berkapasitas 17 liter/detik, kini hanya berkapasitas 12 liter/detik, sedangkan sumur tiga, yang terletak di jalan Jendral Sudirman, tepatnya di belakang Kodim 1420 Sidrap, dengan kapasitas air 16 liter/detik itu dapat mensuplay air di wilayah Kecamatan Watang Pulu, Sidrap.

Selain itu, minimnya suplay air bersih milik PDAM Sidrap, di sebabkan karena kapasitas pompa turun, akibatnya kondisi sumur mengalami pendangkalan sehingga menyebabkan pendistribusian air tertanggu dan membuat air yang naik tidak jernih, karena sudah bercampur dengan pasir. 

Patalnya lagi kondisi arus listrik PLN yang tidak stabil, membuat listrik padam, dan dapat merusak pompa dinamo yang selama ini digunakan.

Mustafa menambahkan, kendala lain yang di alami PDAM yakni adanya pekerjaan proyek Bendungan dekat sumber mata air PDAM di Tellu Limpoe, memuat air minum tersebut bercampur dengan lumpur, sehingga air bersih yang masuk ke Pangkajene harus di tutup, untuk menghindari keluhan warga dan lumpur yang masuk ke pipa air PDAM.

“Memang ada pekerjaan drainase yang merusak pipa-pipa PDAM yang hancur dan terputus, karena menggunakan alat berat dan eksavator, dan pihak kontraktor tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan itu,” jelas Mustafa Hasbar.

“Ingat, kita punya jumlah pelanggan air sangat besar. Data hingga akhir September itu sudah mencapai 7.687 orang menggunakan jasa kami,” katanya.

“Jadi terpaksa kita siasati dengan pakai zat kimia. namun tidak berbahaya bagi komsumsi air ini. Jumlah biaya operasional yang kami keluaran sekira Rp. 1,5 juta perhari,” tandasnya. (ady sanjaya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *