SITUBONDO, Penarakyat.com – Pemerintah Kabupaten Situbondo terus memperkuat komitmen dalam memanfaatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) untuk meningkatkan kesejahteraan petani tembakau. Salah satu langkah nyata diwujudkan melalui Pelatihan Pasca Panen Tembakau yang digelar selama 10 hari, mulai 29 September hingga 9 Oktober 2025, di delapan titik wilayah sentra tembakau.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertangan) Situbondo ini diikuti ratusan petani dari berbagai kecamatan, di antaranya Suboh, Mlandingan, Sumbermalang, Jatibanteng, Besuki, dan Banyuglugur.
Kepala Dispertangan Situbondo, Dadang Aries Bintoro, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah dalam mengangkat derajat petani tembakau agar semakin profesional dan berdaya saing.
“Pelatihan ini bukan sekadar kegiatan formalitas. Kami ingin petani tembakau Situbondo naik kelas, lebih profesional, dan mampu menghasilkan produk tembakau berkualitas tinggi,” ujar Dadang di sela kegiatan pelatihan,Senin (27/10/2025).
Pelatihan tersebut berfokus pada penerapan teknik pasca panen, terutama dalam hal perajangan dan pengeringan daun tembakau. Dua tahapan ini menjadi kunci utama dalam menentukan mutu akhir tembakau dan nilai jualnya di pasaran.
Narasumber dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Malang), Dr. Saptini Mukti Rahajeng, menjelaskan bahwa teknik pengeringan yang tepat akan menjaga aroma, warna, dan kadar nikotin tembakau sesuai standar mutu nasional.
“Banyak petani belum memahami pentingnya suhu dan kelembapan saat pengeringan. Padahal, kesalahan di tahap ini bisa menurunkan kualitas tembakau secara signifikan,” ungkap Saptini.
Selain Saptini, hadir pula sejumlah widyaiswara dari BBPP Ketindan, antara lain Saeroji, S.P., M.Agr., Ir. Tuban, M.Agr., dan Nunung Nurhadi, S.P., M.Agr., yang memberikan pelatihan langsung kepada petani di lapangan.
Salah satu peserta, Hasan Basri, petani asal Kecamatan Sumbermalang, mengaku mendapatkan banyak ilmu baru dari pelatihan tersebut.
“Biasanya kami masih pakai cara lama. Sekarang kami tahu cara menjaga suhu dan kelembapan yang benar. Ini sangat membantu agar daun tidak rusak dan bisa dijual lebih mahal,” tuturnya.
Kepala Bidang Penyuluhan Dispertangan, Zaini, menambahkan bahwa pelatihan ini juga menjadi bagian dari persiapan pembangunan Pasar Tembakau di Kecamatan Besuki yang akan direalisasikan pada tahun 2026.
“Pasar ini nantinya akan menjadi pusat perdagangan hasil tembakau Situbondo. Dengan pelatihan ini, kami sedang menyiapkan SDM petani agar mampu bersaing dalam kualitas, bukan sekadar kuantitas,” kata Zaini.
Menurutnya, penggunaan DBHCHT ke depan akan terus diarahkan untuk program-program yang memberikan dampak langsung bagi petani, mulai dari penguatan kapasitas, penyediaan infrastruktur, hingga akses pasar.
“Ini investasi jangka panjang. Kami ingin petani menjadi pengelola produk tembakau yang bernilai tinggi, bukan hanya sebagai penghasil bahan mentah,” tegasnya.
Langkah ini sejalan dengan visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Situbondo dalam menjadikan sektor pertanian sebagai pilar utama ekonomi daerah. Melalui optimalisasi DBHCHT, pemerintah daerah berharap kesejahteraan petani meningkat dan Situbondo mampu menegaskan diri sebagai salah satu sentra tembakau berkualitas tinggi di Indonesia.
“Kami ingin Situbondo dikenal bukan hanya sebagai penghasil tembakau, tapi juga sebagai produsen tembakau unggulan yang mampu bersaing di pasar nasional bahkan internasional,” pungkas Dadang. (Ufil/ADV).










Tinggalkan Balasan