Program 3 M Dalam Dakwah

Program 3 M Dalam Dakwah

At thuhuru Syatrul Iman,  hadist riwayat Muslim tersebut berkumandang di tengah Jemaah yang mengikuti khotbah Jumat di salah satu masjid di Kabupaten Wajo.

Oleh : Jumardi (*)

Hadist yang mempunyai arti Kebersihan/ kesucian adalah bagian dari iman ini diucapkan oleh KM Fahriana,S.Pd.I.

Dalam lanjutan khotbahnya, Ustadz jebolan Pondok Pesantren As’adiyah pusat Sengkang, ini juga membacakan Surat At-Taubah Ayat 108 yang juga mengaitkan kebersihan dengan ketakwaan. “Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar taqwa sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang bersih.”

Dia menjelaskan, dalam Islam kebersihan sangat diharuskan, salah satu contoh kecil adalah, umat Islam saat akan menjalankan Sholat harus mensucikan diri dengan berwudhu. “Budaya hidup bersih memang belum bisa dikatakan menjadi kebiasaan, maka covid-19 mengajarkan pentingnya hidup bersih dengan memaksa lewat penyakit,” katanya.

Kyai Muda Fahriana, memang kerap menyisipkan edukasi pentingnya kebersihan dimasa pandemic covid-19 pada saat melakukan dakwah di masa pandemic, ditemui oleh penarakyat.com, lulusan Ilmu Ma’had Aly As’adiyah Pusat Sengkang ini mengaku apa yang dilakukankanya semata-mata sebagai wujud kepedulian terhadap umat.

“Dalam surat Ar- rum ayat 41 sudah mengingatkan manusia akan dampak kepedulian pada lingkungan dan kebersihan. Dan itu sejalan dengan program pemerintah saat ini untuk pencegahan virus korona adalah menjaga kebersihan diri dan lingkungan,” jelasnya.

Selain masjid, Fahriana juga kerap mengingatkan teman-temannya terkait dengan pentingnya mengikuti himbauan pemerintah dan peran serta masyarakat dalam menerapkan protocol kesehatan di masa pandemi covid-19.

“Mesjid di Wajo sempat di tutup beberapa bulan lalu, dan setelah dibuka kembali saya selalu mengingatkan jamaah untuk menjaga diri sediri dan keluarga dari  virus,” katanya saat ditemui di Warkop Labolong, jalan beringin Sengkang.

Bukan itu saja, edukasi protocol kesehatan juga selalu dilakukan ketika dirinya melakukan penyuluhan agama Islam ditempatnya bertugas. Dia selalu menyelipkan program 3 M (mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak).

“Kebetulan saya juga adalah penyuluh agama Islam di KUA Majauleng, jadi himbauan pemerintah juga kerap saya selipkan ketika melakukan penyuluhan. Tentu selain doa, ada ikhtiar yang perlu dilakukan. Ikhtiar untuk terhindar dari penyakit ini tentu dengan mematuhi himbauan pemerintah dengan menerapkan protocol kesehatan,” katanya.

Kepada penulis, KM Fahriana juga menceritakan kisah sahabat Nabi Muhammad SAW, yakni Umar Bin Khattab, disaat melakukan perjalanan ke negeri Syam (Suriah). Namun di tengah perjalanan, Umar mendengar jika negeri Syam tengah dilanda wabah penyakit.

Ketika Khalifah Umar memanggil beberapa kaum anshar dan muhajirin untuk bermusyawarah. Apakah perjalanan tetap dilanjutkan, atau menunda perjalanan itu. Awalnya musyawarah berjalan penuh berdebatan. Sebagian sahabat menyarankan untuk tetap melanjutkan perjalanan sebagai menjalankan perintah Allah, sedangkan sahabat lain menyarankan untuk menunda perjalanan ke Syam.

“Dalam musyawarah tersebut, salah seorang sahabat mengatakan, Jika Umar tidak melanjutkan perjalanan ke negeri Syam, maka ia termasuk lari dari takdir Allah. Mendengar pernyataan tersebut, Umar menanggapi dengan tegas. Ia mengatakan jika dia dan pasukannya lari dari takdir Allah yang buruk, menuju takdir yang baik,” Fahriana.

Pernyataan Umar bin Khattab kemudian didukung oleh sahabat Aburrahman bin ‘Auf. Dalam kondisi penuh perdebatan, Aburrahman bin ‘Auf meyakinkan Umar untuk tidak melanjutkan perjalanan dengan mengutip hadis Nabi.

“Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian-kalian di dalamnya, maka janganlah kalian lari keluar dari negeri itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Nah, saat ini kita berada di wilayah yang sudah ada orang yang terkena wabah, maka sesuai hadis kita tidak boleh keluar, maka salah satu cara adalah berdoa dan melakukan pencegahan terhadap penyakit tersebut dengan mengikuti program pemerintah dengan penerapan protocol kesehatan,” tandasnya. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *