TANGERANG, Penarakyat.com — Bagi Warga masyarakat pencinta kuliner yang bermukim di Ibukota maupun sekitarnya tak perlu lagi bertandang ke Makassar atau ke tanah Bugis Sulawesi Selatan hanya ingin menikmati sensasi kuliner tradisional ala Bugis, namanya ‘Palekko’.
Makanan khas Ala Bugis Sidenreng Rappang (Sidrap) ini, kini sudah hadir di Ciledug, Kota Tangerang.
Restoran Palekko ini, memiliki konsep yang sedikit berbeda dari beberapa tempat, khususnya yang ada di Tangerang.
Restoran ini ingin memperkenalkan makanan khas nusantara, yakni Suku Bugis.
Makanan tradisional yang berbahan utama Bebek atau Itik yang diternakkan di sawah ini sudah bisa dinikmati masyarakat umum, khususnya warga di Ibukota dan sekitarnya.
Karena sudah hadir dan telah di Lounching rumah makan Bebek Palekko khas Sidrap-Makassar, di kawasan KH Hasyim Ashari, Ciledug, Kota Tangerang.
Dibukanya usaha kuliner ini, bagi Owner Resto khas Bugis Nurul Humaera Irwan, terinspirasi selain sebagai bentuk kecintaan terhadap leluhur ditanah rantau.
Juga ingin menggeliatkan ekonomi masyarakat ditengah belum normalnya ekonomi bangsa Indonesia akibat dampak Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir 2 tahun belakangan.
Pandemi Covid-19 ini begitu dasyat dampaknya, dimana-mana usaha masyarakat terimbas banyak pemutusan hubungan kerja (PHK).
Untungnya, di tengah kondisi sulit ini, banyak pula pihak yang tergerak meringankan korban PHK.
Wanita berdarah Bugis asal Sidrap, Sulawesi Selatan, yang tinggal di Tangerang ini membuat rumah makan Bebek Palekko khas Sidrap, Makassar, tepatnya Ruko Graha Ciledug Nomor 88 atau tepatnya kawasan KH Hasyim Ashari, Ciledug.
Tujuannya, selain berusaha, juga membantu perekonomian masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 dengan mempekerjakan mereka.
Humaera mengaku, karyawan yang direkrutnya adalah para korban PHK.
“Karyawan yang bekerja (berasal) di sekitar sini. Agar bisa sedikit membantu mereka yang terdampak Covid-19. Iya, yang dirumahkan karena Covid-19,” ujar Humaera saat berbincang pada awak Media, Senin (11/10/2021).
Resto khas Bugis milik perempuan yang akrab disapa Hera itu diluncurkan pada Minggu (10/10).
Peresmian bertepatan dengan ulang tahun hari pernikahannya dengan suami, Wahyu Kandacong. Beberapa waktu lalu, Wahyu sempat viral di media sosial karena memberikan kado berupa mobil BMW seharga lebih dari Rp 1,1 miliar untuk ulang tahun anaknya yang masih berusia 2 tahun.
Ada tujuh orang yang terdampak pandemi Covid-19 dipekerjakan Hera pada rumah makan itu. Dia berencana menambah jumlah pekerja jika restonya sudah berkembang.
“Melihat perkembangan dulu. Semoga ramai sehingga tidak menutup kemungkinan akan menambah jumlah pegawai lagi nantinya,” tuturnya.
Selain itu, Hera juga memberikan promosi pada rumah makan yang baru dibukanya itu. Salah satunya ke perempuan hamil, dapat makan gratis. “Kami akan berikan makan gratis untuk perempuan sedang hamil. Itu waktunya hingga dua pekan ke depan,” kata Hera.
Hera mengungkapkan, restoran itu juga diharapkan bisa mengobati rasa rindu para perantau dari Sidrap atau daerah Makassar yang ingin makan bebek Palekko. Apalagi, bumbu dan koki restoran yang dibukanya dibawa langsung dari Sidrap. Tujuannya, untuk menjaga cita rasa dari makanan yang tidak berubah.
Harga setiap menunya beragam. Mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 40.000 per-porsinya. “Ada juga menu lain seperti jalangkote, barongko, sanggara belanda, pisang ijo, minuman sarabba, dan bebek cabai hijau. Tapi, menu utama bebek palekko,”tandas Hera.
Meski menu ini pedas dan bisa membuat telinga memerah karena menggunakan cabai yang cukup banyak sebagai salah satu bumbu masak, namun tidak membuat jera yang memakannya, bahkan akan menumbuhkan rasa kangen untuk memakannya lagi dan lagi.
Nasu Palekko ini dimakan bersama burasa atau ketupat sebagai pengganti nasi. Selain itu, biasanya disiapkan pula Bajabu berbahan dasar kelapa parut yang sudah disangrai dan diberi bumbu dimakan bersama burasa.
Sekedar diketahui, kuliner khas Suku Bugis ini terbuat dari daging bebek yang dipotong-potong kecil, sehingga bisa disebut juga dengan itik cincang.
Itik yang akan dijadikan Nasu Palekko bisa jenis itik alabio dan juga itik manila yang ukurannya lebih besar dibandingkan itik alabio atau itik biasa.
Kata nasu palekko sendiri yang merupakan bahasa Bugis, terdiri dari dua kata yakni nasu artinya masakan dan palekko artinya panci tanah liat. Namun seiring dengan perkembangan perlengkapan rumah tangga, menu itik pedas ini tidak lagi dimasak dengan menggunakan panci atau tungku berbahan tanah liat, namun kini sudah menggunakan panci alumunium ataupun stainless.
Sedang untuk proses pembuatannya, daging bebek yang sudah disembelih dan dikuliti, kemudian dibakar diatas perapian hingga semua bulu-bulu halusnya hilang.
Selanjutnya setelah dipotong-potong kecil dan dicuci bersih, potongan daging itik itu diberikan asam jawa atau jeruk nipis untuk menghilangkan bau khas itik tersebut.
Kemudian untuk bumbunya terdiri dari cabai, bawang merah, bawang putih, jahe, sereh, garam dan asam dari irisan mangga yang sudah dikeringkan (kaloe) dihaluskan menggunakan ulekan ataupun diblender.
Setelah bumbu yang digiling halus lalu dicampur dengan potongan daging itik, kemudian dimasukkan dalam penggorengan atau wajah kemudian diaduk hingga matang untuk disajikan.
Menu ini tanpa menggunakan minyak, hanya dimasak bersama kulit itik itu sendiri yang mengeluarkan lemaknya hingga menjadi minyak.
Setelah daging itik ini empuk dengan proses pemasakan sekitar satu hingga dua jam, maka sudah siap untuk disajikan, tapi endingnya seru jika disantap secara ramai-ramai. (Triss/*)