JAKARTA, Penarakyat.com – Pemerintah menegaskan komitmennya untuk menghentikan impor gula putih rafinasi dalam waktu dekat, menyusul percepatan program swasembada gula konsumsi secara nasional.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) sekaligus Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, mengatakan bahwa langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan kedaulatan pangan dalam waktu empat tahun ke depan.
“Insya Allah white sugar, doakan paling lama tahun depan sudah tidak impor. Target berikutnya adalah gula industri,” ujar Amran kepada wartawan usai memimpin rapat perdananya sebagai Kepala Bapanas bersama Dirut Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, di Kantor Bapanas, Senin (13/10/2025).
Untuk mendukung target tersebut, pemerintah tengah menjalankan program penanaman tebu besar-besaran di berbagai wilayah sentra produksi, antara lain, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi dan Sumatera Utara.
Tak hanya itu, Amran menyebutkan bahwa pemerintah juga mengakselerasi metode “bongkar ratoon”, yakni mengganti tanaman tebu yang sudah mengalami panen tiga kali. Langkah ini dinilai penting untuk meningkatkan produktivitas lahan tebu nasional, yang selama ini stagnan akibat perawatan tanaman yang tidak optimal.
“Sekarang kita sudah mulai penanaman di seluruh Indonesia. Rencana program ini kita jalankan selama tiga tahun,” ujarnya.
Setelah Indonesia dinyatakan berhasil mencapai swasembada beras, fokus pemerintah saat ini bergeser ke sektor gula, yang selama ini masih bergantung pada impor—baik untuk konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan industri.
Target jangka panjang, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol, adalah mencapai swasembada gula industri pada tahun 2030.
“Kita sudah swasembada beras. Sekarang target berikutnya gula. Dan ini akan jadi lompatan besar,” tegas Amran.
Lebih jauh, Amran menyampaikan optimisme bahwa target swasembada pangan nasional bisa dicapai lebih cepat dari rencana awal yang ditetapkan Presiden Prabowo, yakni dalam waktu empat tahun.
“Mimpi kita, target Bapak Presiden empat tahun swasembada itu kita capai dalam waktu satu tahun. Dan itu adalah lompatan besar yang kita buat bersama,” kata Amran.
Menurutnya, percepatan ini dimungkinkan berkat kerja sama lintas sektor yang solid, melibatkan Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional, Perum Bulog, dan aparat penegak hukum.
Langkah penghentian impor gula menjadi bagian dari agenda besar pemerintah untuk mengakhiri ketergantungan terhadap pangan impor, terutama di tengah tantangan global seperti krisis pangan, fluktuasi harga, dan gangguan rantai pasok.
Amran menegaskan, pemerintah ingin memastikan bahwa kebutuhan pokok rakyat tidak lagi ditentukan oleh pasar internasional, tetapi dikelola dan dipenuhi oleh tangan petani dan pelaku industri pangan nasional.
“Kita ingin rakyat kita mandiri. Ini bukan sekadar target produksi, tapi soal martabat bangsa,” ujarnya.
Meski pemerintah menunjukkan optimisme tinggi, sejumlah tantangan tetap membayangi. Mulai dari masalah akses lahan, kualitas bibit tebu, hingga efisiensi pabrik gula di Indonesia yang masih tertinggal dibandingkan negara produsen utama seperti Thailand dan India.
Namun, Amran menyatakan bahwa semua tantangan tersebut dapat diatasi jika ada komitmen kuat dari seluruh pemangku kepentingan.
“Kalau semua bergerak bersama, target besar ini bisa kita capai lebih cepat dari yang kita bayangkan,” katanya.
Dengan strategi tanam tebu nasional dan percepatan “bongkar ratoon”, pemerintah berharap dapat memenuhi kebutuhan gula konsumsi nasional dari produksi dalam negeri, sekaligus membuka jalan menuju swasembada gula industri pada 2030.
Apabila berhasil, Indonesia tak hanya keluar dari ketergantungan impor, tetapi juga membuka peluang menjadi negara pengekspor gula dan bioetanol ke pasar internasional.
Tinggalkan Balasan