WAJO, penarakyat.com — Pembukaan pameran pusaka dan pesta budaya lampulung di Atakkae Kabupaten Wajo berlangsung meriah. Pementasan Tari Kolossal We Tadangpali nampak menarik animo masyarakat, Jumat (25/10/2019) malam.
Pementasan tari kolossal We Tadangpali yang kembali pau-pau ri kadong yang menceritakan tentang putri kerajaan Luwu yang diasingkan ke daerah Wajo karena mengidap penyakit kulit, yang akhirnya sembuh oleh jilatan kerbau belang (tedong buleng) dan akhirnya dipertemukan dengan pangeran dari kerajaan Bone, dari hasil perkawinannya tersebut sehingga yang menjadi cikal bakal Kerajaan Wajo.
Tari kolossal ini diipentaskan oleh Sanggar seni Lampulungeng pimpinan Andi Awaluddin.
Koordinator acara sekaligus pembina panitia Andi Pajung Peroe mengatakan, kegiatan tersebut merupakan upaya untuk melestarikan budaya. Dirinya juga mengungkap salah satu komunitas pelestari budaya asal Wajo yakni Komunitas Wajo Peduli (Kawali) Pusaka sudah sering mengikuti kegiatan pelestarian budaya sehingga namanya cukup dikenal hingga manca negara seperti Malaysia.
“Namun sayang di daerah sendiri, Kawali Pusaka tidak cukup dikenal,” katanya.
Dia menegaskan pelestari budaya khususnya pusaka besi tidak selalu dikaitkan dengan anarkisme dan tukang cari masalah. “Kami hanyalah kaum minoritas yang menjadi pelestari,” katanya.
Untuk itu kedepannya pria yang disapa Ampa ini berharap, setelah kegiatan ini akan mendapatkan respon dari pemerintah dan bisa kedepannya pemerintah lebih fokus untuk membantu agar kegiatan ini bisa berlanjut dan berkesinambungan
“kami harap pemerintah mau membantu dan mengaggarkan untuk kegiatan semacam ini sebagai bentuk dukungan dan bukan hanya teori,” tegasnya.
Staf ahli bidang hukum dan politik Pemkab Wajo yang membacakan sambutan tertulis Buoati Wajo Amran Mahmud, Andi Bau Iswan, mengatakan semua yang hadir menjadi saksi perhelatan besar budaya yang digelar berbagai komunitas tersebut.
“Kegiatan ini mengingatkan kita semua akan keberagaman budaya kita,” katanya.
Dia berharap melalui kegiatan yang digelar tersebut dapat menumbuhkan semangat masyarakat khususnya generasi muda dalam menggali dan melestarikan nilai-nilai budaya Nusantara khususnya Wajo.
Dia menegaskan, kegiatan Pameran Pusaka dan Pesta Budaya Lampulung adalah bentuk pengembangan dan aktualisasi, metode penangkal agar masyarakat Wajo tidak kehilangan identitas diri.
“Saya khawatir budaya kita akan luntur tergerus budaya barat dan kecanggihan tekhnolongi, makanya kita bersyukur dan sangat mengapresiasi kegiatan ini,” kata Bupati Wajo melalui sambutan tertulisnya. (Cr1)