WAJO, penarakyat.com — Temu Pendidik Nusantara X yang digelar di Kabupaten Wajo diikuti oleh kurang lebih seratus peserta dari tiga Kabupaten yakni, Kabupaten Wajo, Soppeng, dan Kabupaten Luwu, Sabtu (05/08/2023).
Selain itu, temu pendidik nusantara ke X yang digelar di SMKN 1 Wajo dihadiri secara langsung oleh Perwakilan Yayasan Guru Belajar (YGB) Thoriq Majid, KGBN Badan Pengurus Provinsi Sulsel Herawati, Komunitas Pengawas Belajar Nusantara (KPBN) Mandalle Aqil dan sejumlah pemateri dari guru penggerak. Kegiatan ini sendiri dibuka secara resmi oleh Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wajo, Muhammad Yahya.
Temu Pendidik Nusantara (TPN) sendiri merupakan pertemuan tahunan para pemangku kepentingan ekosistem pendidikan Indonesia, untuk mengekspresikan kemerdekaan belajar, mengembangkan kompetensi, menginisiasi kolaborasi dan meningkatkan karier.
Ketua Panitia pelaksana, Munawir mengatakan kegiatan tersebut mengambil tema “Tumbuh Berkelanjutan, Perubahan Pendidikan Melampaui Ruang Kelas”.
“Pesertanya adalah semua guru yang mau belajar dari semua jenjang TK, SD, SMP, SMA/SMK se Kabupaten Wajo, Luwu, dan Soppeng,” katanya.
Dia mengatakan, kegiatan kali ini menggunakan dua kelas yang berbeda yakni kelas kemerdekaan memberi kesempatan guru berbagi praktik baik dan kelas kompetensi memberi kesempatan guru mengembangkan kompetensinya dengan mempelajari suatu topik tertentu. “Kami mencoba menghadirkan belajar seperti menghidangkan menu makanan. Belajar dengan banyak pilihan dan menyenangkan, bukan terkesan menakutkan,” katanya.
Perwakilan Yayasan Guru Belajar, Thoriq Majid mengatakan, melalui tema tumbuh berkelanjutan ini menunjang isu-isu internasional bagaimana murid dibekali gaya hidup berkelanjutan.
“Sehingga kedepan mereka bisa peduli tentang isu lingkungan, isu sosial, perekonomian dan lainnya,” katanya.
Menurutnya, jika pola pendidikan hanya sebatas pada ruang kelas, maka murid hanya akan mengejar nilai untuk berkompetisi yang menyebabkan mereka hanya memikirkan dirinya sendiri sehingga menghalalkan segala cara.
“Tema melampaui ruang kelas, kita berharap kedepan bagaimana murid peduli pada orang lain, perekonomian untuk bisa berwiraswasta, peduli tentang sampah. Artinya pendidikan kedepan tergantung dari guru hari ini” katanya.
Yayasan Guru Belajar sendiri merupakan yayasan independen yang terlibat pada perubahan sosial transformasi guru, menaungi komunitas untuk menggerakkan perubahan pendidikan. Seperti, perubahan mindset guru bagaimana bisa mewujudkan perubahan dalam arti implementasi kurikulum merdeka, serta alasan terus mengajar sebagai guru.
Yayasan Guru Belajar sendiri mempunyai belasan organisasi mitra seperti, KGBN, KPBN, IGI, Pergunu, JSMD, dan sejumlah komunitas lainnya.
Sekretaris DInas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wajo, Muhammad Yahya berharap apa yang dilaksanakan hari ini dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain di Wajo untuk membentuk komunitas-komunitas guru.
“Dan kami berharap komunitas yang telah ada terus berinovasi. Untuk kegiatan ini sendiri kami sangat mengapresiasi,” katanya.
Dia juga menegaskan, para guru di Wajo dapat mengubah pola-pola lama dengan hanya datang mengajar untuk menggugurkan tugas sebagai guru. Namun, guru harus mengetahui dan memastikan kemampuan murid untuk kompeten minimal literasi dan numerasinya
“Teman guru harus keluar dari zona nyaman dengan meninggalkan pola-pola lama, jangan hanya datang ke sekolah datang mengajar menyampaikan materi selesai. Tidak mau tahu apakah murid kita tahu apa yang mereka pelajari dan sejauh mana kemampuan mereka,” tegasnya. (Jumardi)