Tsunami Selat Sunda Dipicu karena Cuaca Gelombang Tinggi

Tsunami Selat Sunda Dipicu karena Cuaca Gelombang Tinggi

* Data Sementara 43 Orang Meninggal

JAKARTA, Penarakyat.com — Tsunami yang terjadi di di Pantai Barat Banten ( Selat Sunda) pada Minggu (23/12/2018) bukan dipicu oleh gempa bumi. Tapi, di karenakan cuaca gelombang Tinggi.

Peristiwa tsunami pada Sabtu (22/12) pukul 21.27 WIB, dibenarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada , Minggu (23/12/2018) pagi ini

” Peristiwa tsunami ini merupakan gelombang tinggi yang dipicu karena cuaca. Bukan karena gempa bumi, ” sebut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Sesuai laporan awal, Kepanikan Warga Panimbang Saat Gelombang Tinggi Menerjang Air Pasang di Anyer Diduga Tsunami Karena Erupsi Krakatau. Korban tercatat sementara akibat peristiwa ini di
Anyer dan Lampung 20 Orang.

Pihak BMKG, sebelum terjadi tsunami sudah memberikan peringatan dini akan terjadinya gelombang tinggi di wilayah perairan Selat Sunda yang berlaku sejak tanggal 22 hingga 25 Desember 2018.

Dilaporkan juga bahwa gelombang tinggi pada Sabtu diperparah oleh hujan lebat dan angin kencang yang terjadi di perairan Anyer sejak pukul 09.00 hingga 11.00 WIB.

Pengamatan tidegauge (sementara), terjadi tsunami di empat lokasi di Banten dan Lampung.

Di Banten yang tercatat yakni Tidegauge Serang di Pantai Jambu, Desa Bulakan, Kec Cinangka, Kab Serang (tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian 0.9 m) serta Tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, kecamatan Ciwandan (tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian 0.35 m).

Sementara di Lampung tercatat Tidegauge Kota Agung di Desa Kota Agung, Kec Kota Agung, Lampung (tercatat pukul 21.35 WIB ketinggian 0.36 meter) serta Tidegauge Pelabuhan Panjang Kec Panjang Kota Bandar Lampung (tercatat pukul 21.53 WIB ketinggian 0.28 m).

ANAK GUNUNG KRAKATAU.

BMKG melaporkan, gelombang tinggi dan Gunung Anak Krakatau, bahwa pada pukul 21.03 WIB sempat terjadi erupsi Gunung Krakatau sehingga peralatan seismometer setempat rusak.

Namun seismic Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus, tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan.

Hasil rekama seismik dan laporan masyarakat, peristiwa ini tidak disebabkan oleh aktifitas gempa bumi tektonik, namun sensor Cigeulis (CGJI) mencatat adanya aktivitas seismik dengan durasi ± 24 detik dengan frekwensi 8-16 Hz pada pukul 21.03.24 WIB.

” Untuk itu, masyarakat tetap dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

” Juga diimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda, hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi,” kata Dwikorita.

UPDATE KORBAN .

Sementara update korban tsunami di Anyer, Banten dan Lampung. Kini, jumlah korban tewas bertambah dari data awal 20 jadi 43 orang yang di peroleh JNN dari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) disebut.

” Hingga 23/12/2018 pukul 07.00 WIB, data sementara jumlah korban dari bencana tsunami di Selat Sunda tercatat 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan 2 orang hilang,” sebut jurubicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam pernyataan tertulisnya, yang diterima wartawan berbagai media, Minggu (23/12/2018) pagi tadi.
(JNN/NAS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *