SENGKANG,penarakyat.com — Seorang warga Kecamatan Gilireng, Surianto (lahir 21 Agustus 1985), ikut menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Pilipina. Surianto diduga ikut menjadi sandera bersama 9 orang lainnya. Selain Surianto, terdapat dua sandera lain asal Sulawesi Selatan, yakni Rinaldi warga Jalan Tinumbu Makassar Dan Wwan Saputra asal Asal Kecamatan Malili, Palopo.
“Memang beredar kabar, kalau ada warga Wajo asal Kecamatan Gilireng yang di duga disandera oleh kelompok Abu Sayyaf, tapi kita baru mau pastikan apakah betul atau tidak,” kata Kabag Humas dan Protokoler Pemkab Wajo, Hasri AS, Selasa (29/03/2016).
Sementara itu, salah seorang warga yag diduga merupakan, keluarga Korban Surianto, Raesa, masih belum yakin kalau keluarganya ikut menjadi korban sandera. Kendati demikian, dirinya sudah di hubungi pihak pemerintah Kecamatan Gilireng untuk membenarkan peristiwa tersebut.
“Saya baru-baru dihubungi Pak Camat. Memang ponakan saya Surianto saat ini sedang berlayar, dia memang kelahiran 1985. Tapi saya kroscek dulu, apa nama perusahaannya,” kata Raeza, kepada penarakyat.com.
Seperti yang dilansir Kompas.com, berita tentang dugaan penyanderaan tugboat berbendera Indonesia oleh kelompok Abu Sayyaf ramai dibicarakan di jejaring sosial para pelaut Indonesia.
“There’s confirmed that one tugboat the name is Brahma 12 under rest by Abu Sayyaf in Philipine, the vessel from Banjarmasih with cargo coal bulk. (Dipastikan bahwa satu kapal bernama Brahma 12 ditahan oleh Abu Sayyaf di Filipina. Kapal berangkat dari Banjarmasin dengan muatan batubara),” tulis pemilik akun Facebook atas nama Papae CleonClevy di lini masanya.
Papae merupakan pelaut Indonesia asal Sulawesi Utara. Kapal yang dimaksud adalah Brahma 12. Sebelumnya, Papae juga mengunggah hasil potret layar laman Facebook Peter Tonsen Barahama, yang merupakan nakhoda kapal tersebut.
Dalam port clearence yang beredar disebutkan bahwa tugboat tersebut bertolak dari Banjarmasin menuju Filipina pada tanggal 15 Maret 2016.
Kapal tersebut mengangkut muatan coal in bulk (batubara) dengan 16 kru, dan dilaporkan dibajak pada Sabtu (26/3/2016).
Menurut informasi terakhir, para kru kapal sudah diturunkan ke darat, dan para pembajak meminta tebusan sebesar 50 juta peso atau setara Rp 14,2 miliar.
Informasi yang dihimpun, Militer Filipina sudah memasukkan kelompok Abu Sayyaf sebagai teroris lokal yang kerap menculik dan menyandera orang asing untuk mendapatkan tebusan. Kelompok ini juga terkait dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). (penarakyat.com)