Informasi serba cepat dan mudah menjadi salah satu ciri khas era digital atau lebih dikenal dengan era 4.0 saat ini. Namun, selain sisi positif yang didapat, dengan kecepatan informasi, era digital juga menjadi lahan subur maraknya hoax untuk berkembang.
Hoax melalui media sosial menggempur segala sector, baik politik, ekonomi, bahkan sector kesehatan, dan yang paling trend dan banyak dijumpai dalam dua tahun treakhir adalah hoax di sektor kesehatan seiring dengan pandemi global corona virus Disease 2019. (covid-19).
Mulai hoax tentang ketidakpercayaan adanya covid-19, hingga hoax ketidak amanan serta ketidak halalan vaksin covid. Kendati pemerintah melalui penyampaian langsung melalui stakeholder terkait maupun realise resmi, namun sebagian masyarakat masih saja percaya pada hoax yang telah beredar.
Masyarakat bahkan terkesan lebih percaya pada platform media sosial ketimbang berita dari media massa yang telah melalui proses panjang hingga berita tersebut layak diterbitkan.
Hal inilah yang menjadi tantangan bagi para jurnalis untuk melawan hoax dimasa pandemi saat ini, bagaimana mereka harus menyajikan berita yang betul-betul akurat sesuai fakta, dan semenarik mungkin untuk mengikis hoax yang terlanjur berkembang.
Pada acara edukasi media 2021 SKK Migas-KKKS Wilayah Kalimantan dan Sulawesi dengan tema “Strategi media dalam menghadapi pandemi dan pengaruh digitalisasi media 4.0” yang digelar secara daring, Selasa (16/11/2021). Ketua Dewan Redaksi Media Group, Abdul Kohar, selaku narasumber menegaskan pers harus tetap hidup, karena pers menjadi rujukan penting, kalau media massa dibiarkan mati digilas media sosial maka orang akan hidup pada separuh kebohongan.
“Untuk itu semua stakeholder harus menghidupkan pers,” katanya.
Dia mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir media sosial bahkan mengambil alih pemasaran politik, namun, hal tersebut tidak bisa disalahkan karena saat ini kita berada dalam era tersebut.
Untuk itu, kata Dia, dimasa pandemi yang dibarengi dengan hoax yang beredar, yang perlu dijaga pers yakni menjaga kewarasan, informasi yang melimpah harus diterima dengan pengecekan (cek and ricek), verifikasi data, menyajikan informasi credible dan bisa dipertanggung jawabkan.
Selain itu, independensi harus tetap dijaga dengan tidak didikte oleh kekuatan apapun, dan secara sadar melakukan sesuatu demi kepentingan public. Pers juga harus menjadi pemandu arah, dengan berita yang akurat bahwa inilah informasi yang benar dan tidak menyesatkan.
“Selain itu, prinsip media juga harus dijaga, jujur ketika salah dengan koreksi, ralat atau memberikan hak jawab,” katanya.
Dimasa Pandemi Covid-19 ini, media massa juga harus tetap setia kepada publik dengan menyajikan informasi yang benar, disiplin verifikasi data dan informasi, cerdas dalam memilih perspektif dan menjaga kode etik.
“Bahwa memang bukan perkara mudah mencari berita di era pandemi, karena ada beberpa pemabatasan, pembatasan sosial, menjaga jarak dengan narasumber, sementara narasumber sendiri juga menjaga jarak dengan para wartawan, pada titik itu kita harus menggunakan platform digital, tidak ada alasan untuk tidak mendapatkan pemberitaan meski dimasa pandemi,” katanya.
Untuk itu, tugas media dalam melawan hoax khususnya hoax seputar covid-19 adalah adalah disiplin verifikasi informasi data, melakukan verifikasi ulang, dan bertanya ke narasumber.
Sementara itu, Humas Energy Equity Epic Sengkang (EEES) selaku KKKS Wilayah Sulawesi, Baso Firman yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya meski tidak terlibat langsung dalam edukasi melawan hoax ditengah pandemi, namun EEES berpatisipasi aktif dalam penangan covid-19 di Kabupaten Wajo, seperti bantuan rapid test, APD, dan batuan fasilitas cuci tangan ke masyarakat.
“Sementara dilingkup kerja, tentu edukasi melawan hoax, pematuhan protokol kesehatan dan vaksinasi dijalankan untuk karyawan. Vaksinasi karyawan EEES sendiri saat ini sudah sudah 100 persen ” jelasnya.
Terpisah, Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Sulawesi Selatan, Bakri Remmang, menghimbau seluruh anggotanya agar dapat mengedukasi masyarakat melalui pemberitaan protokol kesehatan yang benar, serta ikut untuk vaksinasi demi memicu sistem imunitas tubuh untuk melawan virus (herd immunity).
“Kita lawan hoax dengan pemberitaan yang akurat. Untuk edukasi selain melalui media masing-masing, apa salahnya kita megedukasi warga tentang pentingnya prokes ketika kebetulan bertemu,” katanya. (Jum)
Tinggalkan Balasan