Komunitas JJS Berbagi Ilmu di Kampung Savana

Komunitas JJS Berbagi Ilmu di Kampung Savana

MAKASSAR, penarakyat.com — Komunitas jalan-jalan seru (JJS) Makassar, Sulawesi Selatan, berbagi keseruan bersama puluhan anak korban penggusuran di Kampung
Savana. Upaya mempererat hubungan tali silaturahim antar mereka selama dua tahun, komunitas tersebut melakukan gerakan pendampingan terhadap para korban penggusuran, khususnya bagi anak, untuk mengenalkan dunia pendidikan.

Keseruan para anak-anak korban penggusuran ini, terlihat jelas, raut wajah bahagia dan senang, serta tak ada sekat antar mereka tergambar saat sejumlah pemuda yang tergabung dalam komunitas jalan-jalan seru Makassar melakukan pendampingan pendidikan terhadap anak korban penggusuran.

Sejak dua tahun, komunitas ini sendiri rutin setiap dua sekali menjadikan kampung savana sebagai dampingan dalam hal pendidikan bagi puluhan anak yang putus sekolah.

Kampung Savana sendiri berada dipinggiran Kota Makassar,  keterbatasan ekonomi tentunya tidak harus anak anak mereka terpinggirkan dari dunia pendidikan, lewat
gerakan pendampingan bagi komunitas JJS mereka di kenalkan pendidikan
meski pun tarap pendidikan mereka non formal.

Salah seorang pendamping, Aris mengatakan, antusias ratusan anak ini terlihat saat para pendamping mengajak mereka bermain sambil belajar. “Kami dari beberapa komunitas sama sama datang mendampingi dalam hal pendidikan, memang sering diadakan kegiatan berbagi dari beberapa komunitas,” jelas Aris.

Tidak hanya bermain dan belajar, anak-anak ini selama didampingi juga di
kenalkan dalam dunia fotografi. Para anak-anak ini juga sangat antusias bergaya di depan kamera saat pendamping menjadikan mereka sebagai objek kamera.

Salah seorang orang tua dari anak-anak ini, Nurhayati mengaku sejak didampingi oleh komunitas ini bantuan baik sembako maupun lainya pun berdatangan, anak anak mereka juga sudah bisa mengenal dunia pendidikan meski dalam bentuk non formal.

“Selama disini banyak bantuan disini, ya banyak orang lain juga masuk, kita juga gembira disini anak anak orang miskin,” katanya.

Tidak ada alasan bagi anak yang tidak mengenyam dunia pendidikan formal, namun kadang anak putus sekolah lantaran terbentur biaya, meski Pemerintah sudah gratiskan, akan tetapi persoalan bagi orang tua ada pada saat anak hendak masuk sekolah, dimana membutuhkan seragam sekolah alat tulis menulis, terlebih jika sekolah berlakukan pungutan bagi siswa baru dengan dalih sumbangan wajib. (atho)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *